Pagi ini gue ketar-ketir lantaran LINE gue dibombardir sama temen-temen gue dengan isi yang kurang lebih sama, “doain gue ya, hari ini pengumuman SBMPTN.”
Memang, hari ini nasib tujuh ratus ribuan anak yang ikut tes SBMPTN diumumin. Bahkan ketika gue sampai kantor HAI pun topiknya nggak jauh beda, malah lebih sadis. Di kantor, kita bukannya nulis bikin artikel tapi malah nungguin web pengumuman sambil countdown waktu yang diselangi dengan doa dan sesekali umpatan, “Gila gue deg-degan banget.”
Semoga uang jajan kita nggak dipotong karena ini.
Di antara temen-temen gue yang magang pun ada tiga orang yang masa depannya masih belum jelas mau kuliah dimana; Dio, Anggit, Fachrul. Mereka yang dari jam satu siang udah stand by di depan laptop dan udah nggak fokus mau ngetik apa selain web pengumuman SBMPTN.
Ketika jam dua, jeng jeng, yak, web SBMPTN.ac.id down. As expected.
“Anjir ini down semua woy buka dimana lagi,” segala umpatan menyapa telinga di lantai 6 gedung Kompas Gramedia.
“Coba buka di web mirror-nya,” gue denger Fachrul ngomong ke Anggit setelah ia tahu kalau ia lulus di Sastra Perancis Unnes. Selamat jadi anak kost!
Anggit masih berjuang, Dio terlihat kalem tapi gue yakin dia sebenernya lagi acting.
“Yo, kalo butuh jasa buat buka pengumuman, gue buka nih,” canda gue yang langsung dibales Dio dengan teriak, “Nggak!”
Trus, gimana nasib Dio? Setelah sibuk nyari-nyari nomor kartu pesertanya dan perjuangan buka web yang crash mulu, ternyata Dio belum beruntung. Semuanya, jangan lupa kasih semangat ke Dio ya!
Gue sendiri yang nggak ikutan tesnya pun ikutan ngerasain rasa deg-degan itu. Yang kemarin gue bisa selesai tiga artikel sekitar pukul tiga atau empat, hari ini gue baru kelar satu artikel ketika jam di pojok laptop udah nunjukin pukul tiga lewat.