Sekarang ini, paham radikalisme memang sedang menyeruak. Sejumlah aksi yang menunjukkan gejalanya pun sudah serang kita simak beritanya.
Kabar terbarunya yang dilaporkan Harian KOMPAS, sekarang ini paham radikalisme sudah merambat ke sekolah. Benih-benihnya mulai terungkap. Penelitian yang dilakukan SETARA Institute for Democracy adn Peace (SIDP) membuktikannya.
Pada tahun 2015, SIDP melakukan survei ke siswa SMA negeri di Bandung dan Jakarta. Hasilnya beragam. Di antaranya adalah data bahwa ada 8,5% siswa yang setuju kalo dasar negara diganti dengan agama dan ada 9,8% siswa yang mendukung gerakan ISIS. Perentasenya masih sedikit, sih, nggak sampe 10% bahkan, tapi tetap saja bikin khawatir, apalagi kalau nggak segera diatasi.
Dari penelitian lain yang dilakukan oleh Saiful Mujani Research Consulting (SRMC) pada Desember 2015 juga memperkuat dugaaan. Ada 5% warga yang masih sekolah serta 4% warga usia 22-25 tahun setuju dengan ISIS.
Penyimpangan Pendidikan
Temuan lainnya adalah SIDP menemukan ada 31% materi pendidikan agama yang nggak menjunjung nilai kebinekaan bangsa.
Udah gitu, di buku pelajaran Agama Islam yang beredar didapati menyimpan kekeliruan materi. Misalnya, ada materi tentang cara penyelesaian konflik dengan aksi kekerasan dan materi yang condong ke nilai-nilai radikal. Fakta ini terungkap dari penelitian lain yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama.
Perlu Diatasi Bersama
Doni Koesoema, pengamat pedndikan karakter, mengatakan kepada Harian KOMPAS, bahwa penddikan Pancasila perlu diperkuat untuk menanggal paham radikalisme di sekolah ini. “Mata Pelajaran Pancasila bukan solusi, melainkan logika dalam berpikir kritis yang perlu dikuatkan,” papar Doni.
Belum lama lalu, Mendikbud Muhadjir Effendy juga sempat menyinggung isu intoleransi yang mulai menyeruak di sejumlah sekolah. Ia menekankan pentingnya teladan dari guru untuk memberikan materi tentang toleransi.
"Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah tikdak boleh dimaasukkan doktrin menyesatkan Jangan berikan ruang intoleran di sekolah-sekolah. JIka guru mendapati gejala tersebut, maka harus segera mengambil langkah yang mendidik dan mencerahkan," kata Mendikbud ketika meresmikan pendirian SMK 1 Muhammadiyah, Bogor, Jumat (06/05)
Ketua Yayasan Cahaya Guru pada diskusi peringantan Hari Pendidikan Nasional, Selasa (02/05), dikutip Kompas.com, mengungkap hasil penelitian yang menunjukkan bahwa di sejumlah sekolah ada beberapa siswa yang menolak dipimpin ketua OSIS berbeda agama.
Mari kita atasi bersama agar dunia pendidikan kita baik-baik selalu.