Sebelum menulis novel ini, J.D Salinger tergabung di militer menjadi salah satu prajurit untuk Perang Dunia II. Selama perjalanan perangnya itu, ia bertemu juga dengan Ernest Hemmingway, prajurit yang kemudian menjadi sastrawan besar dunia juga.
Pada sebuah interview, J.D Salinger sempat menyebutkan bahwa sosok Holden itu mengutip banyak kisah hidupnya. “Masa remajaku sebagai cowok sangat mirip dengan cowok di buku itu.(aku merasa) sangat baik bisa menceritakannya ke orang-orang,” kata pria yang sebenarnya banyak menolak buka suara ini.
Dari dalam penjara, Mark David Chapman si pembunuh John Lennon sempat menulis surat kepada J.D Salinger isinya permohonan maaf karena ia membunuh karena terinspirasi oleh The Catcher in The Rye. J.D Salinger nggak membalasnya.
Di dalam novel ini nggak ada tuh cerita tentang pembunuhan. Holden memang sempat berpikir untuk membunuh dirinya sendiri tapi rencana itu hanya menjadi ocehannya saja.
Terlebih dari itu, kalau dicerna lagi, sebenarnya banyak juga nilai positif yang bisa ambil dari novel ini. Di antara kegelisahan, amarah, dan perasaan Holden yang kacau-balau itu, kita bisa belajar dari rasa cinta Holden kepada Jane Gallagher, tanggung jawab Holden sebagai kakak yang nggak ingin adiknya, Phoebe, menghadapi kekacauan hidup serupa; keramahtamahan Holden pada biarawati yang ia temui di halte; dan kejujuran Holden atas realita yang ia alami. Singkatnya, buku ini bisa membantumu melewati masa-masa sulit sebagai seorang cowok remaja.