Sebagai penikmat lantunan Bin Idris, saya menyempatkan diri untuk bertandang ke RRREC Fest di Jumat malam 24 Februari 2017 lalu untuk menonton aksi musisi yang juga menjadi frontman pada band heavy rock Sigmun tersebut secara langsung di atas panggung. Mendengarkan 11 lagu yang disuguhkan dalam album Bin Idris (2016) rasanya seperti merasakan sisi pribadi musikalitas Haikal Azizi yang menjadi antitesis dari apa yang dibawakannya di Sigmun.
Pada album yang kerap dinobatkan sebagai salah satu album musik terbaik 2016 ini, kita akan mendengar untaian perspektif personal Haikal yang dibalut dengan dinamika nan gurih pada alur musiknya, dari mulai blues, gospel, ambient, hingga psychadelic. Gue pun menyempatkan diri berbincang dengan Bin Idris seturunnya dia dari panggung. Mari disimak.
Coba, dong, ceritain soal proses penggarapan album Bin Idris ini.
Prosenya sederhana sebenernya, karena semuanya gue kerjain sendirian di dalam kamar. Materi-materi yang udah gue buat dari dulu dan sempat mengendap itu akhirnya gue olah lagi. Setelah rilis Sigmun tahun sebelumnya, gue pengen nyoba Bin Idris buat ngerilis album juga. Jadi gue keluarin aja materi-materi yang udah disimpen itu, gue bikin lirik. Prosesnya nggak teralu spesial kok.
Lo mulai kepikiran buat bikin solo project ini kapan?
Sejak dulu, dari kecil juga udah kepikiran buat bikin solo project kali ya, haha. Spesifiknya sejak gue bikin lagu, tapi sampai ada nama Bin Idris tuh kira-kira 2012. Alasannya sederhana, waktu itu Sigmun lagi ngerjain Cerebro. Nah, karena di situ gue baru ngerti home recording, akhirnya gue ngulik-ngulik nyobain.
Gue pake nama Bin Idris karena kalo pake nama sendiri kurang asik, sih. Ternyata setelah dicoba, gue menikmati prosesnya. Awalnya iseng-iseng aja. Tiap muncul materi, langsung gue upload di Soundcloud, lalu gue ngerasa “kayaknya perlu nih ngerilis dalam bentuk satu album,” akhirnya dirilislah album ini.
Lo sendiri surprisednggak dengan responnya? Album ini kan sering disebut sebagai salah satu album terbaik 2016
Gue sebenernya low expectation buat album ini. Bagi gue album ini sendiri pop banget, dan pasti lebih mudah buat diterima oleh publik dibanding Sigmun.
Kalau resepsi publik gue nggak terlalu kaget, karena memang lagu-lagunya gampang dicerna, kan. Tapi untuk resepsi kritikus, ternyata oke juga, itu lumayan mengagetkan sih.
Ada, nggak, tema tertentu yang diusung di album Bin Idris?