Yogyakarta selama ini terkenal dengan kekerasan di jalanan yang sering disebut masyarakat Yogyakarta dengan istilah “klitih”.
Meski konon katanya, “klitih” itu hanya berarti jalan-jalan sore dan nggak merujuk ke tindak kekerasan, tapi dengan seiring berjalannya waktu, istilah “klitih” makin dimaknai sebagai aksi kekerasan yang dilakukan secara acak dengan motif yang beragam.
Nah, belum lama ini, tepatnya Minggu (12/3), “klitih” kembali terjadi dan memakan korban. Kali ini, seorang pelajar yang baru duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP) meninggal dunia setelah ditusuk oleh sekelompok orang di Jalan Kenari, tepatnya di sebelah Utara Kantor Balaikota Yogyakarta sekitar pukul 12.45 WIB.
Korban bernama Ilham Bayu Fajar yang masih duduk di bangku SMP itu meninggal dunia setelah diserang oleh sekelompok orang yang nggak dikenal, sewaktu melintas di Jalan Kenari, Kota Yogyakarta.
"Korban berboncengan dengan kakaknya, mereka perjalanan pulang dari main biliard. Saat melintas di Jalan Kenari, mereka tiba-tiba dikejar oleh sekelompok orang dan diserang," ucap Kasat Reskrim Polresta Yogyakarta, Kompol Akbar Bantilan, sebagaimana yang HAI kutip dari Kompas.com, Senin (13/3).
Ilham yang saat itu membonceng mengalami luka tusuk di bagian dada. Karena luka yang didapat cukup parah, nyawa pelajar SMP asal Banguntapan, Bantul, itupun nggak tertolong lagi.
"Korban ditusuk di bagian dada. Lukanya cukup dalam hingga tembus ke belakang," ucapnya.
Akbar menyebutkan, para pelaku penyerangan mengendarai sekitar 10 sepeda motor.
"Tidak ada masalah, tidak ada cekcok. Tiba-tiba saja langsung dikejar dan diserang," kata dia.
Herannya, pada hari yang sama, di Jalan Patangpuluhan, Wirobrajan, Kota Yogyakarta, polisi pun sempat mengamankan dua remaja berusia sekitar 13 tahun dan 14 tahun berboncengan sepeda motor.
"Saat digeledah mereka membawa senjata tajam. Mereka masih pelajar SMP," kata Akbar.
Dia mengungkapkan, salah satu anak yang diamankan di Wirobrajan tinggal di rumah kos bersama kakaknya, sedangkan orangtuanya berada di Lampung.