Bayangin deh kalau kamu ikut dalam sebuah pementasan drama musikal, tapi pemerannya tuh nggak cuma banyak, melainkan dari berbagai jenjang umur. Ya, kalau cuma dibayangin, heboh banget sih. Tapi, temen-temen dari Binus School Simprug membuktikan kalau pentas kayak gitu bisa terwujud juga, dan hasilnya: seru!
Pentas itu adalah drama musikal bertajuk Anak Milenium, dihelat pada 9-11 April 2015 di teater Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki Jakarta Pusat. Walau saat HAI meliput bukan weekend, bahkan Senin, para siswa tetap datang meramaikan bangku penonton.
Anak Milenuim adalah pertunjukan yang menggabungkan petualangan, romansa, dan pertemanan. Cerita tiga tema itu berlatar di sebuah kota metropolis. Alkisah, ada delapan anak yang disebut Anak Milenium, mereka lahir tepat tahun mileniun, tahun 2000.
“Mereka semua lahir pada malam tahun baru, 31 Desember 1999,” ucap Clarence Gonzales, sutradara ANAK MILENIUM yang sehari-harinya mejadi guru di Binus School Simprug.
Karena lahir pas milenium, mereka dianugerahi kekuatan demi bisa menyelesaikansebuah misi, yaitu membawa cahaya ke kota yang selama enam belas tahun ini berisi kegelapan.
Dengan kekuatan matahari, bulan,tanah, air, prosa, puisi, imajinasi, dan mimpi, ke delapan anak ini saling mencari satu sama lainnya. Sejumlah tantangan yang mereka temui sepanjang perjalanan menguji pertemanan mereka. Namun, dari situ pula mereka menemukan cinta dan panggilan jiwanya. Cerita memuncak di sebuah malam tahun baru, ketika gerhana bulan, kekuatan mereka penuh.
Pentas Keroyokan
Tebak, berapa anak yang terlibat di pentas ini? 40? 60? Atau 100? Wah, masih kurang, bro. Di pentas ini total ada 157 siswa yang terlibat. Nggak cuma dari SMA saja, melainkan juga dari TK, SD, SMP, dan bahkan guru serta orangtua pun ada yang terlibat.
Karena itu, saat persiapannya butuh jurus tersendiri. Emirio Syarfuan, siswa SMA yang menjabat Head of Acting pun mengakuinya. “Aku kira bakal muda, taunya tetap banyak rintangan juga. Banyak anak-anak yang bentrok schedule-nya saat mau latihan. Tapi karena kita enjoy, semua tetap terasa senang.”
Nah, biar nggak terlalu nguras energi untuk pentas selama tiga hari berturut-turut, paniti apun punya caranya tersendiri . Christabella Evania, Head of Production, bilang kalau saat pentas, ada cast yang diganti. “Ada cast yang berganti peran, misal, di pentas hari Sabtu dia jadi pemeran utama, di pentas Senin, jadi pemeran pembantu saja,” kata cewek berkacamata ini.
Persiapan dari jauh-jauh hari pun mereka lakukan. Bayangin aja, mereka udah latihan dari tahun lalu, bro. “Sejak September kami sudah mulai latihan, Oktober coba perform yang pertama, terus November persiapan produksi. Dan latihan terakhir kami minggu lalu,” lanjut Christabella
Bisa jadi, karena terlalu banyak melibatkan orang, saat HAI menonton, suasana panggung jadi kelewat ramai. Satu lagi poin yang diperlu disorot adalah penggunaan campuran bahasa Inggris dan Indonesia para pemeran. Perlu diatur lagi komposisinya.
“Kerja dengan banyak orang yang terlibat ini penting banget masalah manajemen dan komitmen. Sejak awal kita emang minta mereka untuk berkomitmen. Dan semua ini kami yang kerjain, termasuk propertinya. So far, kami puas, walaupun awalnya agak deg-degan,” Christabella Evania
Tapi, pentas drama musikal ini tetap layak diberi tepuk tangan yang meriah. Good job, guys!