Mau kuliah di luar negeri gratis? Banyak banget caranya, bro. modal pertamanya sih niat dan usaha. Itu udah pasti. Kalau udah gitu, tinggal cari jalannya aja deh. Kayak yang terjadi pada Abriansyah Saputra. Empat tahun belakangan ini, Abri tercatat sebagai mahasiswa universitas di Amerika Serikat. Berkat SMA-nya dulu, Sampoerna Academy Boarding School yang memang mendorong siswanya untuk kuliah di nagri, Abri bisa melanjutkan studi ke negeri Paman Sam.
Dua tahun pertama ia berkuliah di Lonestar community college, lalu dua tahun berikutnya ia jalani perkuliah Business Management di University of Utah. Nah, kalau SMAnya bisa mengantar Abri berkuliah, Pemerintah Provinsi kota asalnya, Sumatera Selatan lah yang bikin kuliah Abri lancar tanpa perlu khawatir mikirin biayanya. Ya, Abri mendapatkan beasiswa full dari pemerintah daerahnya. Kok bisa?
“Jadi, saat baru kuliah, tiba-tiba Alex Noerdin, Gubernur Sumsel berkunjung ke IOWA. Seluruh mahasiswa asal Palembang diajak bertemu beliau untuk menyampaikan keluh kesahnya. Kami menyampaikan masalah biaya kuliah. Dan beliau jawab, “kalau itu biar saya dan kepala dinas saja yang urus’,” kenang Abri.
Nggak sampai enam bulan, pihak Putera Sampoerna Foundation (PSF) yang menaungi SMA-nya Abri lapor kalau pembayaran kuliahnya udah di-cover sama Pemprov. Sejak tahun 2014, Pemprov Sumatera Selatan memang punya program kuliah gratis yang diberikan ke mahasiswa dari keluarga kurang mampu.
Selama dua tahun ini, kalau Abri hitung, nggak kurang dari Rp 300 juta sudah digelontorkan pemerintah daerahnya untuk kelancaran pendidikannya.
“Biaya kuliah aku di Utah University USD 7000-8000, terus aku tiap bulan dapet tunjangan hidup USD 800, itu bisa untuk sewa apartement, bayar listrik, internet dan makan,” kata cowok kelahiran 21 Maret 1995 ini. Sebagai mahasiwa internasional berprestasi, Abri juga dapat potongan biaya kuliah dari kampusnya. Harusnya biaya yang ia bayar ialah USD 21.000. Lumayan!
Tunjangan hidupnya itu dikirim per tiga bulan sekali. Sampai saat ini, Abri ngaku kalau pengiriman tunjangan hidupnya baru telat satu kali, yaitu pada akhir tahun lalu. “Telat dua minggu. Katanya sih karena bujetnya yang short. Mereka nyari bujet dulu untuk meng-cover,” kata Abri.
Pulang-Pulang Wajib Berkontribusi
Ya, karena diantar oleh PSF, Abriansyah dituntut untuk kembali ke Indonesia dan berkontribusi untuk negara. Itu nggak jadi beban bagi Abri.
“Saya kan udah jauh-jauh di sekolahkan ke luar negeri, harus ada feedback untuk negeri,” tegas penyuka hal-hal berbau militer ini.
Nah, di urusan akademis, para siswa dari PSF juga dituntut untuk bisa mendapat IPK nggak kurang dari 3,0. Jika di bawah itu dalam dua semester berturut-turut, maka harus siap dipulangkan ke Indonesia. Tapi, lagi-lagi ini nggak membebani Abri. “Selama ini belum pernah kejadian sih yang dipulangkan,” katanya.
Sementara dari pemerintah provinsi, Abri cerita kalau angkatan di bawahnya diwajibkan untuk mengabdi di Sumatera Selatan.
Tertarik nyoba mengajukan beasiswa ke pemerintah daerah juga? Intinya, kita kudu berani coba, bro!
“Pertama harus punya KTP daerah dan lahir di sana, serta berasal dari keluarga tidak mampu. Selebihnya, kita hanya perlu berani ngomong ke pemerintah. Datang saja ke kantor mereka. Pemerintah Sumsel kan sekarang punya program kuliah gratis. Kalau lolos seleksi dokumen, kuliah langsung dibayarin,” tutup Abri.
Wah, sayang untuk nggak dicoba, tuh!