Meski demikian, O'Donoghue mengungkapkan bahwa titik merah besar Jupiter itu bukanlah hal yang menghangatkan suhu seluruh Jupiter. Ini berarti bahwa misteri suhu udara di planet Jupiter masih belum terpecahkan sepenuhnya.
Namun, penemuan baru itu menjadi petunjuk bahwa badai yang lebih kecil dan turbulensi atmosfer yang terjadi di seluruh Planet Jupiter dapat menjadi faktor penentu suhu keseluruhan planet itu.
Penemuan baru dari observasi ini bisa sangat membantu memecahkan permasalahan panjang dalam ilmu pengetahuan planet.
Pasalnya, selama bertahun-tahun, pengukuran suhu udara di bagian terluar Jupiter sangat tak terjangkau bila hanya dijelaskan berdasarkan cahaya matahari saja.
Di planet itu, sebagai contohnya, kehangatan sinar matahari seharusnya bisa memanaskan atmosfer terluarnya hingga suhu 26 derajat celsius.
Namun, dengan penemuan bahwa suhu udaranya bisa mencapai titik antara 420 derajat celsius hingga 720 derajat celsius, daerah atmosfer terluar Jupiter dapat lebih panas daripada apa yang diperkirakan oleh para ilmuwan sebelumnya dengan hanya mengandalkan sinar matahari saja.
Meski para ilmuwan mengetahui bahwa aurora spektakuler Jupiter mampu memanaskan kutub-kutubnya, mereka nggak bisa mengukur suhu keseluruhan Jupiter.
"Kami menyebut masalah ini sebagai krisis energi karena belum pernah terpecahkan sejak tahun 1970-an, baik itu untuk Jupiter, Saturnus, Uranus, maupun Neptunus," kata O'Donoghue.