Penurunan terjadi tanpa melihat umur. Sebagai contoh, lalat yang berumur 60 hari dan menuju kematiannya serta lalat berumur 15 hari yang akan mati sama-sama mengalami penurunan kesuburan.
Penurunan tingkat keseburan juga dialami pejantan. Mueller mengatakan, lalat jantan akan kehilangan kemampuan membuahi betina beberapa saat sebelum kematian.
Lewat penelitian itu, ilmuwan menunjukkan adanya fase kehidupan yang belum dikenal selama ini, fase akhir kehidupan yang disebut "spiral kematian".
Prediksi kematian pada lalat buah akhirnya dilakukan dengan dasar jumlah telur yang dihasilkan betina. Mueller dan Rose bisa memprediksi kematian dengan akurasi 80 persen tiga hari sebelum kematian itu menjemput.
Selain Mueller dan Rose, James Curtsinger Ilmuwan dari Universitas Minnesota juga meneliti hubungan kesuburan dan kematian pada lalat buah.
Namun Curtsinger punya pendapat berbeda dengan hasil penelitian Mueller dan Rose. Curtsinger menyebut bahwa penelitian pada lalat buah ini bukan bukti adanya fase akhir kehidupan.
Ia nggak percaya manusia dan spesies selain lalat buah akan mengalami penurunan kesuburan sebelum kematian. Curtsinger juga berpendapat, "spiral kematian" merupakan sesuatu yang ambigu dan nggak jelas.
Curtsinger mengajukan terminologi yang lebih tepat untuk menyebut penurunan kesuburan pada lalat buah, yaitu "berhenti". Tahapan itu dimulai saat lalat nggak mampu lagi menghasilkan telur.
Sebagai gambaran, lalat buah akan bertelur sebanyak 1200 buah sepanjang hidupnya. kalau dalam sehari saja lalat nggak bertelur, itu bisa jadi indikasi kalau ada sesuatu yang salah.
Terlepas dari pendapat Curtsinger, Mueller tetap berpendapat kalau manusia yang mati dengan cara alami akan mengalami "spiral kematian".
Setelah mengetahui adanya fase tersebut, maka selanjutnya bisa dikulik cara untuk mencegah fase "spiral kematian" yang terlalu lama dan menyiksa.