Ada suasana yang beda di SMAN 1 Sragi pagi itu. Seorang siswa terlihat nyamperin satu persatu guru yang ada di sekolah itu. Siswa kelas XI IPS 4 tersebut meminta para guru menyerahkan kunci kendaraan mereka.
"Pak, boleh saya minta kunci motor Bapak?", tanya salah satu siswa yang diketahui bernama Yoga.
"Untuk apa?" jawab pak Kundoyo, salah satu guru, kebingungan.
"Kami sudah nazar Pak. Kalau kami naik kelas, kami akan mencucikan semua motor guru," lanjut Yoga lagi.
Setelah mendapatkan kunci motor, Yoga membawa motor pak Kundoyo ke area di dekat toilet siswa . Di sana, udah ada Widodo, Rudi, dan Aldin yang sedang mencuci motor guru lain.
Yoga, Widodo, Rudi dan Aldin dikenal sebagai siswa 'luar biasa' di awal semester. Dua di antara mereka malah pernah tidak naik kelas. Guru-guru pun sering dibuat repot oleh tindakan mereka. Contohnya seperti bolos sekolah, tidak mengerjakan tugas, sampai ribut dan mengganggu hak belajar siswa lain.
Bu Yeni Miladiani, wali kelas XI IPS 4, melakukan pendekatan humanis kepada mereka. Begitu pun dengan guru mata pelajaran lain. Dibantu oleh Bu Ani Lukisanita selaku guru BK. Akhirnya, di semester dua perubahan mulai terlihat dalam diri mereka. Yang awalnya membuat kelas gaduh, malah di akhir semester mampu mengendalikan kelas, mengkoordinir kelas menjadi aktif.
"Ini bentuk nazar kami, karena sudah naik kelas. Karena saya merasa dibantu oleh bapak ibu guru," kata salah satu siswa, dalam video yang diunggah SMAN 1 Sragi di Facebook. "Mungkin karena saya sikapnya kurang (baik) mapelnya (nilai mata pelajarannya) juga kurang. Saya ingin lebih baik dari yang sekarang," lanjutnya.
Tanpa guru-guru minta, mereka mencucikan motor dengan ikhlas. SMAN 1 Sragi memang mengajarkan mengajarkan siswa-siswi mereka untuk melakukan sesuatu bukan karena paksaan, adanya hukuman, ataupun penghargaan. "Biarkan anak belajar karena mereka senang, karena mereka butuh dan karena mereka mau," tulis SMAN 1 Sragi di Facebook.