Follow Us

Generasi 90-an: Dari Gunung Hingga Panjat Tebing

- Kamis, 07 Januari 2016 | 03:45
Untuk ke puncak gunung, kita lewati debu yang cuma salah satu tantangan naik gunung
Hai Online

Untuk ke puncak gunung, kita lewati debu yang cuma salah satu tantangan naik gunung

Nggak ada yang nyangka, pelarian positif para remaja di zaman orde lama akibat gaya hidup pelajar yang dibatasi, (Baca: Razia Unik yang Ada di Indonesia) perkembangan teknologi yang belum pesat, plus banyaknya aturan yang menjadikan remaja di era ini bergerak bagaikan katak dalam tempurung, malah berubah jadi hobi dan melahirkan tren baru.

Di tengah melandanya tren balapan liar pada 1993, segelintir remaja, malah mencari kegiatan lain, yaitu naik gunung. Dengan modal nekad, nyali dan keberanian, mulai dari Gunung Lawu, Gunung Pulosari, Gunung Slamet, Gunung Rinjani, sampai Gunung Merapi menjadi sasaran pendakian.

Tren mendaki gunung di kalangan pelajar SMA saat itu juga nggak lepas dari campur tangan mahasiswa. Gara-gara melihat senior mereka yang sudah jadi mahasiswa ikutan menaklukkan gunung-gunung ternama dan masuk media massa, nggak sedikit remaja pecinta alam SMA yang ikut bergabung dengan organisasi mahasiswa pecinta alam.

Garba Wira Mapala dari Universitas Sebelas Maret, Solo yang bekerjasama dengan Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri pada tahun 1990 adalah organisasi pecinta alam yang mengadakan sekolah pendakian gunung pertama kali.

Gola Gong penulis yang suka bertualang
“Kegiatan naik gunung, dulu, merupakan sebuah bentuk pelarian positif remaja di tengah panasnya kondisi politik di era pemerintahan Soeharto saat itu.

Banyak remaja yang naik gunung untuk menikmati keagungan Tuhan, bukan untuk menantang alam. Dan yang paling disukai anak pecinta alam saat itu adalah menggunakan kemeja flannel, sepatu atau sandal gunung, hingga celana cargo dan jam tangan antiair.

Sedangkan bacaan yang menjadi panutan anak pecinta alam kala itu adalah serial cerpen Balada Si Roy dan buku-buku serta karya tulis dari Norman Edwin seputar tips pendakian.”_ Gola Gong, penulis cerpen Balada Si Roy dan penulis HAI dari tahun 1980-1990.

Editor : Hai Online

Baca Lainnya

Latest