Jeroan HAI Tahun Kedua (1978)
Masih muda, tapi ibarat anak kecil pertumbuhannya terbilang normal. Walau baru berusia setahun, kala itu HAI cukup di kenal oleh remaja di tanah air.
Membuka-buka edisi awal majalah HAI sungguh membuat haru. Lembar demi lembar kertasnya memang sudah menguning, tapi justru dibalik kekusamannya itu banyak menyimpan kenangan yang membuat kita tersenyum simpul.
Terkadang, halaman-halaman yang menyajikan bahan bacaan dan gambar menarik itu kerap menggelitik dan sesekali mengundang rasa kagum. Betapa tidak, perubahan isi dari setiap rubriknya setelah terbit satu tahun sangat terasa renyah. Ramuan artikel-artikel dan informasi hiburan dari para awak redaksi disuguhkan dengan ringan dan tetap bersandar pada nilai edukasi.
Ya, kalau mau dibandingkan dengan sekarang tentu ada banyak perbedaan yang sangat mencolok. Karena majalah kesayangan kamu ini mesti bertransformasi terus, mengikuti perkembangan jaman. Menyesuaikan diri mulai dari lifestyle hingga teknologi yang menyertai. Namun ada dua hal yang masih terus dipertahankan. Dua hal yang dimaksud itu adalah kreatifitas dalam mengemas informasi dan kesetiannya dalam mengawal remaja Indonesia.
Ketika menengok jauh ke belakang, ada kenangan saat kalender menunjukan tanggal 4 Januari 1978. Hari itu menjadi sebuah momen baru saat usia HAI genap satu tahun. Kala itu HAI terbit setiap Selasa dan menjadi 4 kali penerbitan dalam sebulan. Sebelumnya, sepanjang tahun 1977 HAI terbit setiap 10 hari sekali. Masuk tahun 1978, selain menerbitkan 4 edisi regular, diluar itu HAI juga mengeluarkan edisi khusus yang membahas satu tema besar yang sedang tren pada kurun masanya.
Pada setiap edisi awal terbitan tahun kedua, komik tetap mendominasi isi majalah HAI. Serial komik impor adalah yang paling banyak diberikan ruangnya untuk tampil. Beberapa seri cerita bergambar itu diantaranya adalah Arad dan Maya, Storm, Coki si Pelukis Cepat dan Trigan. Namun demikian bukan berarti komik lokal dianaktirikan. Komik dalam negeri juga menjadi perhatian khusus oleh majalah kesayangan kamu ini. Malah porsinya tidak sedikit. Komik lokal bahkan pernah dibuatkah spesial dalam bentuk buklet terpisah. Beberapa komikus yang diangkat oleh HAI kala itu seperti Jan Mintaraga dan Teguh Santosa. Keduanya adalah komikus yang memiliki rangking teratas diantara komikus tanah air yang paling banyak digemari pada saat booming komik di dalam negeri.
Selain komik ada pula karya puisi, cerpen-cerpen kiriman pembaca dan serial detektif cilik Imung yang menjadi andalan kisah berseri besutan mas Arswendo Atmowiloto. Cerita-cerita fiksi di majalah HAI itu telah menjadi bacaan wajib yang sangat menghibur.
Nah, yang menarik, kala itu HAI punya rubrik kolom perkenalan. Sebuah ajang pencarian sahabat yang kelak dijadikan teman berkorespondensi. Kalau ada pembaca yang ingin tahu tentang suatu daerah yang jauh dari tempat tinggalnya, sarana kolom perkenalan dapat memfasilitasinya. Baca: Kenalin 5 Cewek SMA Tercantik di Sleman
Mungkin tidak seperti sekarang yang dengan mudah berkomunikasi dan mencari teman lewat facebook atau media social lainnya. Rubrik kolom perkenalan menjadi media paling memungkinkan berkirim sapa pada jamannya. Mereka yang ingin mejeng dan mencari teman bisa mengirimkan data diri. Mulai dari nama lengkap, umur, sekolah, alamat, hobi dan menyertakan dua buah pas foto. Setelah itu redaksi memuat profil para pembaca secara runut dari sejumlah pucuk surat yang diterima lebih duluan. Sebuah rubrik klasik yang jitu dalam mempersatukan para remaja di Indonesia.
Sementara di ruang pengetahuan, HAI selalu memberikan informasi menarik yang ditulis dengan mendalam lewat catatan sejarah mengenai satu tema unik. Kemudian yang bersifat interaksi, ada rubrik yang memfasilitasi kisah lucu pengalaman pribadi pembaca dan rubrik tanya jawab nakal seperti bagman. Lalu, tak puas dengan semua sajiannya, HAI juga setiap tahunnya menyelenggarakan sayembara menulis dan melukis agar semangat berkarya pembacanya terus terasah. Komplet.
Itulah sekilas jeroan HAI mengawali ulang tahun pertamanya. Dalam perjalanannya, HAI terus melangkah lebih lebar lagi, lebih tegap lagi. Hingga sampai detik ini HAI selalu dan akan muncul dengan wajah segar dengan menganut tiga peran penting media massa, yaitu memberi informasi, hiburan dan pendidikan. (Edi Dimyati)