Follow Us

Profesi Food Blogger: Hobi Makan yang Dibayar

- Selasa, 06 Oktober 2015 | 06:00
Profesi Food Blogger akrab sama forografi dan cahaya alias deket jendela.
Hai Online

Profesi Food Blogger akrab sama forografi dan cahaya alias deket jendela.

Ada beberapa orang yang jika ditanya apa hobinya, mereka menjawab “hobi saya makan!”

Kita pun mengira, orang ini pemalas. “Yakin lo, nggak ada hobi lain apa yang aktivitasnya kelihatan keren gitu?” Sebagian kita, mungkin juga pernah melontarkan kalimat tersebut. Tapi itu dulu, sebelum ada profesi bernama Food Blogger, dimana profesi satu ini merupakan salah satu dari banyak hobi yang kemudian menjadi profesi.

Orang-orangnya menyebutnya “Hobi yang dibayar”. Nikmat mana lagi yang kita dustakan, jika seseorang telah sampai kepada profesi yang awalnya merupakan hobi semata. Apakah ini profesi yang menjanjikan?

Tenang, meski pekerjaannya terbilang mudah, makan, memotret, menulis dan memposting, kemudian dibayar, kerja seorang food blogger tidak segampang yang digampangkan orang-orang. Namun, jika pertanyaannya menjanjikan atau tidak, maka jawabannya iya, terutama di Indonesia, negeri yang kaya raya akan masakan dan makanannya.

Seperti yang telah dirilis sebuah perusahaan riset yang meneliti pasar konsumen digital, yaitu Global Web Index pada tahu lalu menyebutkan bahwa, dalam 5 tahun terakhir jumlah pengguna internet di Indonesia naik sebesar 430 persen. Selain itu, jumlah pengguna internet di Indonesia menempati urutan terbanyak ke-7 di dunia, yaitu di angka 58 juta orang.

Di antara 58 juta orang tersebut terdapat para penulis blog yang sering disebut sebagai blogger. Nah, para blogger ini pun senantiasa rajin mengunggah segala informasi melalui tulisan di blog mereka. Salah satu jenis postingan yang kini sedang marak dan berkembang pesat di sosial media dan juga di kalangan maya adalah tulisan yang bersumber dari para food bloggers atau penulis blog tentang makanan.

Kehadiran mereka memperkaya segala macam informasi yang mengulas tentang makanan di suatu tempat makan atau bahkan daerah. Nggak cuma itu, sering kali tulisan yang mereka unggah di blog dilengkapi dengan berbagai macam foto menarik sehingga menambah minat para pembaca. Lagian siapa sih, yang nggak suka lihat foto makanan?

Karena itu, makin ke sini, makin banyak orang yang tertarik untuk menjadi food blogger. Bahkan, para food blogger yang sudah ada di Indonesia memiliki perkumpulan yang dinamakan Indonesian Food Blogger (IDFB). IDFB pun telah eksis berdiri sejak Juli 2011 dengan lima inisiator, yakni Andrie Anne, Ellen Antheunis, Elsye Suranto, Freeyanti Inev, dan Pepy Nasution.

Kala itu, sesama food blogger hanya bertukar informasi melalui Facebook Group. Barulah pada awal 2014, IDFB resmi memiliki situs web community. Sudah terdapat lebih dari 12.000 food blogger yang menjadi anggota IDFB. Dengan wadah ini, anggota di dalamnya memiliki ”tiket masuk eksklusif” ke berbagai restoran karena biasanya pihak restoran menghubungi food blogger untuk melakukan review melalui IDFB. Dari situlah, kerja food blogger dimulai.

Dengan mendatangi sebuah restoran baru atau yang sudah ternama, tetapi mereka punya menu baru, biasanya para food blogger diundang untuk mencicipi makan-makanan tersebut. Saat hidangan tersedia, mereka pun tidak lantas mengeluarkan sendok atau garpu andalan, melainkan kamera pocket atau bahkan kamera digital. Gambar yang diambil jika sudah meyakinkan, rapi _meski di sekitarnya berantakan, disimpan. Barulah kemudian satu persatu makanan mereka cicipi, rasanya, teksturnya, dan tampilannya dan bahkan after taste dicatat sebagai bahan tulisan atau komentar.

Testimoni yang halus akan menggugah pembaca blog mereka sehingga tertarik merasakan hal yang sama. Jika begitu, pengundang tadi tidak segan akan mengundang makan lagi dan membayar kerja menyenangkan seperti mencicipi rasa, tekstur, tampilan dan after taste makanan lain.

Makanya, kalau kamu tertarik untuk menjadi salah satu food blogger Indonesia, ada salah satu tips ini yang bisa dijadikan pegangan bahwa food blogger bukan hanya sebagai food reviewer. Setiap orang memang dapat melakukan ulasan terhadap makanan yang disajikan di restoran manapun. Namun, cara kerja seorang food blogger tidak demikian seperti tadi.

Beberapa dari food blogger harus melakukan banyak studi dan percobaan langsung di dapur uji mereka. Dengan hal tersebut, mereka mengetahui seluk-beluk dari setiap bumbu dan bahan masakan. Selain itu, mereka kadang menerima pesanan dari setiap karya yang dihasilkan melalui blog atau media sosial. Kemampuan tersebut diaplikasikan dalam keseharian mereka dengan melakukan ”sesi pemotretan” makanan.

Jadi food blogger nggak asal mencicipi, tapi tahu bumbu dan aneka rasa
Jadi, food blogger tidak hanya asal mencicipi atau mengomentari makanan. Terlebih melalui wadah IDFB, para anggotanya mendapat pelatihan dan pendidikan dasar sebelum benar-benar terjun melakukan ulasan tentang sebuah restoran.

Nah, punya hobi makan, ternyata bisa menghasilkan. Nggak tanggung-tanggung lho, kabarnya sekali review makanan, dengan paket memposting tulisan ke blog dan sosial media, harganya sama dengan satu kali gajian karyawan biasa.

Hmmm, kalo seminggu review 7 makanan di 7 tempat berbeda, gajian satu minggu kalian udah sama dengan gaji direktur perusahaan, tuh! Wah, menjanjikan juga ya? Tertarik menjadi salah satunya? Belajar dulu soal bumbu-bumbu masakan, deh! hehehe

Source : Kompas.com

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest