Beberapa darifood blogger harus melakukan banyak studi dan percobaan langsung di dapur uji mereka. Dengan hal tersebut, mereka mengetahui seluk-beluk dari setiap bumbu dan bahan masakan. Selain itu, mereka kadang menerima pesanan dari setiap karya yang dihasilkan melalui blog atau media sosial. Kemampuan tersebut diaplikasikan dalam keseharian mereka dengan melakukan ”sesi pemotretan” makanan.
Jadi,food bloggertidak hanya asal mencicipi atau mengomentari makanan. Terlebih melalui wadah IDFB, para anggotanya mendapat pelatihan dan pendidikan dasar sebelum benar-benar terjun melakukan ulasan tentang sebuah restoran.
Nah, punya hobi makan, ternyata bisa menghasilkan. Nggak tanggung-tanggung lho, kabarnya sekali review makanan, dengan paket memposting tulisan ke blog dan sosial media, harganya sama dengan satu kali gajian karyawan biasa.
Hmmm, kalo seminggu review 7 makanan di 7 tempat berbeda, gajian satu minggu kalian udah sama dengan gaji direktur perusahaan, tuh! Wah, menjanjikan juga ya? Tertarik menjadi salah satunya? Belajar dulu soal bumbu-bumbu masakan, deh! hehehe