Barangkali, Superman Is Dead (SID) telah pantas digelari sebagai legenda hidup. Pasalnya, Bobby Kool, Jon Eka Rock dan Jerinx (JRX) sudah bertahan selama 20 tahun untuk tetap berkiprah di blantika musik Indonesia. Melewati dua dekade berkarya, SID pun telah siap berpesta. Namun kali ini bukan dalam pesta meriah melainkan pesta kata-kata.
Yap, sesuai janjinya, SID bakal meluncurkan sebuah buku biografi bertajuk RASIS! PENGKHIANAT! MISKIN MORAL! Atau disingkat RPM. Judul ini sengaja dipilih untuk menegaskan secara kilat-padat kemana arah pembahasan isinya.
Seperti yang udah banyak diketahui Outsiders (penggemar SID.red), Trio asal Bali ini memulai karier profesional mereka dengan ditonton hanya tiga orang saja, termasuk manajernya. Namun seiring sejala merintang, hingga kini SID telah memiliki jutaan penggemar militan. Belakangan, SID meraih hormat menjulang karena berada di garis depan—bukan sekadar simpatisan—dalam membela alam Bali, menolak keras rencana reklamasi Teluk Benoa. Baca: Tolak Reklamasi, Dari Bali untuk Indonesia
Semua pencapaian dan kisah perjalanan yang mengesankan tersebut masih belum terpublikasikan dengan baik, runut, apalagi komperehensif. Sebagian yang muncul, terutama momen-momen di beberapa tahun terakhir kisahnya masih berjubel dan tercecer. Makanya, Rudolf Dethu berinisiatif mengungkap cerita-cerita kejadian menarik di masa silam. Dikumpulkanya sehigga tidak lapuk bahkan terkubur menjadi misteri.
Dethu bisa jadi adalah sosok paling pas untuk menuliskan serta mengisahkannya. Sekitar 7 tahun ia memanajeri SID. Sejak trio punk rocker itu masih menjadi underground sampai bergabung dengan label rekaman raksasa. Dari sekadar pahlawan daerah hingga diakui sebagai band nasional dengan jumlah umat berlimpah.
“Dalam RPM dikupas lugas sejarah semua titel miring itu bermula. Mengapa Bob, Eka, JRX, sampai dicurigai anti orang Jawa—apa iya ada grafiti "F**k Java" yang dibikin SID di sebuah tembok di Poppies. Bagaimana bisa grup musik bentukan 1995 ini dipojokkan sebagai musisi yang telah bermufakat jahat dengan kapitalisme?” demikian seperti yang ditulis dalam rilis yang HAI terima pada Selasa (18/8) ini.
Tentang cibiran dan atau dugaan kemerosotan akhlak SID, oleh Dethu dibeberkan lagi dengan gamblang, baik lewat penjabaran ulang memori—sentimental journey!—dan pengungkapan sudut pandang pribadi, juga menanyai kembali para nara sumber yang memang betul-betul terlibat di peristiwa tersebut.
Biar tidak jenuh membaca, ditampilkan juga foto-foto historikal SID yang dianggap mampu secara agresif berbicara tentang apa yang pernah terjadi di masa lalu. Untuk itu, buku RASIS! PENGKHIANAT! MISKIN MORAL! adalah tiga kontroversi besar yang melelahkan & nyaris mematikan karier bermusik Superman Is Dead . Akan tetapi, buku ini akan menjawabnya!
Lantas, pada usia ke-20 tahun ini, pantaskah Superman is Dead menjadi legenda hidup?