"Jangan takut untuk bersenang-senang di gigs ataupun konser, karena musik ada buat bersenang-senang. Tapi, jangan lupa untuk saling menjaga antar audiences, penyelenggara, dan band, agar ekosistem yang kita sukai (musik) bisa terus bertahan," lanjutnya.
HAI juga udah nanya beberapa ‘penonton gigs’ tentang tanggapan mereka mengenai fenomena ini.
Dalam sesi wawancara ini, terdapat beberapa narasumber yang merupakan performers, atau mereka yang pernah punya pengalaman manggung di suatu tempat.
Ketika ditanya mengenai tanggapan mereka, hampir semua narasumber menganggap bahwa aksi para oknum tersebut adalah hal yang salah dan nggak perlu.
“Untuk konteks band metal, sebenarnya naik ke atas panggung buat dive itu normal. Tapi, kalau udah sampe ngerusak alat, ngeganggu kenyamanan, dan ngerugiin artis sih udah kelewatan. Semua orang harus tau batasan dan bisa nahan diri biar semuanya nyaman,” ucap Kiki.
“Benci banget sama yang 'norak' kayak mereka tuh! Ganggu banget. Orang yang datang ke gigs tuh tujuannya buat bersenang-senang, tapi kok malah diganggu sama orang-orang ini,” tutur yang lainnya.
Di samping itu, ada narasumber yang ngejelasin kalau aksi serupa sebenarnya cukup lumrah selama tujuannya cuma buat melakukan stage diving, dan nggak bikin orang lain bete.
“Bisa dibilang norak, dan bisa enggak. Disebut norak ya kalau terlalu berlebihan sampai menghalangi talent yg main. Kalau sebentar mungkin oke, tapi kalau sepanjang lagu mereka diam di stage terus sih cukup mengganggu ya,” jelas Arul.
“Pandangan aku sih yaa boleh-boleh aja ngambil alih mic vokalis atau backing vocal, tapi ya liat kondisi dulu lah, apakah memungkinkan atau nggak.”
“Liat juga stage-nya, apakah memungkinkan untuk dinaiki atau nggak. Di stage tuh nggak cuma ada personil band doang. Di bawahnya tuh ada kabel, pedal, dan lain lain,” tambah Derry.
Baca Juga: Bantah Stigma Kuno, FSTVLST Ajak Penggemar Perempuan Stage Diving Bareng!
Beberapa pembicara juga punya pengalaman serupa ketika mereka dirugikan sama para oknum penonton tersebut.