Baca Juga: Tinjau Lokasi Gempa Cianjur, Mendikbud Bakal Prioritaskan 2 Hal Ini
"Namun, mereka juga menyatakan (punya) motivasi yang tinggi untuk segera kembali ke sekolah dengan bangunan yang lebih aman dan kuat,” kata Dini dikutip dari Kompas.com, kemarin.
Dari data yang disebutan Tim Tanggap Darurat Plan Indonesia, sekitar 524 sekolah ditemukan rusak serta tidak terlihat adanya tempat belajar sementara. Ini mengakibatkan anak-anak kehilangan bahan belajar, seragam sekolah, mainan hingga barang-barang berharga.
"Mereka juga tidak memiliki kegiatan untuk dilakukan karena sekolah ditutup dan tidak ada kegiatan belajar mengajar yang diadakan di ruang belajar sementara,” ungkap Dini lagi.
RNA juga menemukan, anak-anak korban Gempa Cianjur merasa tidak aman saat tinggal di kamp pengungsian.
Kondisinya pun memprihatinkan, tidak adanya pemisahan ruangan antara laki-laki dan perempuan, serta lampu penerangan yang terbatas, anak-anak dan perempuan rawan mengalami kekerasan.
Pasalnya, dengan jumlah tenda sebanyak 47 buah, diperkirakan saat ini 800-900 orang tinggal di titik pengungsian. Termasuk belum adanya informasi tentang mekanisme pelaporan dan penanganan kekerasan yang mudah diakses.
Keterbatasan air dan toilet di lokasi bencana juga rawan menimbulkan gangguan kebersihan dan kesehatan bagi masyarakat.
"Anak-anak mengalami kesulitan mengganti pakaian dalam, bra, serta menjaga kebersihan menstruasi karena terbatasnya pakaian dalam dan pembalut yang tersedia,” lanjut Dini.
Oleh karena itu, tambah Dini, sebagai lembaga yang berfokus pada perlindungan hak anak dan kesetaraan anak perempuan, Plan Indonesia merekomendasikan dua hal mendesak untuk diberikan kepada warga terdampak gempa, khususnya anak-anak.
Editor : Hai
Baca Lainnya
PROMOTED CONTENT
Latest