Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Pelajar Cianjur Trauma Melihat Bangunan Sekolah Mereka Hancur Akibat Gempa

Al Sobry - Rabu, 30 November 2022 | 07:00
Pelajar Cianjur Trauma Melihat Bangunan Sekolah Mereka Hancur Akibat Gempa
Plan Indonesia

Pelajar Cianjur Trauma Melihat Bangunan Sekolah Mereka Hancur Akibat Gempa

HAI-Online.com-Akibat peristiwa gempa bumi berkekuatan 5,6 magnitude di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022) lalu, banyak pelajar terutama anak-anak usia sekolah dasar merasa tertekan dan takut.

Hal ini diungkap dalam hasil penilaian kebutuhan cepat (rapid need assessment/ RNA) yang dilakukan Tim Tanggap Darurat Plan Indonesia pada Selasa (29/11/2022) atau sepekan usai gempa utama.
Direktur Eksekutif Plan Indonesia Dini Widiastuti, mengatakan, banyak anak yang merasakan trauma karena umumnya merekamelihat sendiri bangunan sekolah tempat mereka belajarruntuh, serta sebagian mengalami dan menyaksikan teman-temannya tertimpa bangunan yang roboh diguncang gempa.

Baca Juga: Tinjau Lokasi Gempa Cianjur, Mendikbud Bakal Prioritaskan 2 Hal Ini

"Namun, mereka juga menyatakan (punya) motivasi yang tinggi untuk segera kembali ke sekolah dengan bangunan yang lebih aman dan kuat,” kata Dini dikutip dari Kompas.com, kemarin.

Dari data yang disebutan Tim Tanggap Darurat Plan Indonesia, sekitar 524 sekolah ditemukan rusak serta tidak terlihat adanya tempat belajar sementara. Ini mengakibatkan anak-anak kehilangan bahan belajar, seragam sekolah, mainan hingga barang-barang berharga.

"Mereka juga tidak memiliki kegiatan untuk dilakukan karena sekolah ditutup dan tidak ada kegiatan belajar mengajar yang diadakan di ruang belajar sementara,” ungkap Dini lagi.

RNA juga menemukan, anak-anak korban Gempa Cianjur merasa tidak aman saat tinggal di kamp pengungsian.

Kondisinya pun memprihatinkan, tidak adanya pemisahan ruangan antara laki-laki dan perempuan, serta lampu penerangan yang terbatas, anak-anak dan perempuan rawan mengalami kekerasan.

Pasalnya, dengan jumlah tenda sebanyak 47 buah, diperkirakan saat ini 800-900 orang tinggal di titik pengungsian. Termasuk belum adanya informasi tentang mekanisme pelaporan dan penanganan kekerasan yang mudah diakses.

Keterbatasan air dan toilet di lokasi bencana juga rawan menimbulkan gangguan kebersihan dan kesehatan bagi masyarakat.

"Anak-anak mengalami kesulitan mengganti pakaian dalam, bra, serta menjaga kebersihan menstruasi karena terbatasnya pakaian dalam dan pembalut yang tersedia,” lanjut Dini.

Oleh karena itu, tambah Dini, sebagai lembaga yang berfokus pada perlindungan hak anak dan kesetaraan anak perempuan, Plan Indonesia merekomendasikan dua hal mendesak untuk diberikan kepada warga terdampak gempa, khususnya anak-anak.

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular

x