HAI-Online.com- Sebagai salah satu rangkaian kegiatan wisuda tahun 2022, Universitas Prasetiya Mulya melakukan tindakan nyata lewat gerakan menanam bibit mangrove sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan hidup dan keberlangsungan Bumi.
Seperti diketahui, mangrove merupakan tanaman sejuta manfaat yang keberadaannya bakal bisa menjadi salah satu alternatif bagi upaya restorasi bumi. Hutan mangrove dapat berperan mengurangi polutan yang datang dari aliran sungai ke arah laut. Mangrove juga menyerap karbon dioksida (CO2) dan mengubahnya sehingga menghasilkan oksigen (O2)_udara segar.
Keberadaan hutan mangrove juga dapat mengurangi dampak abrasi pantai oleh gelombang laut. Oleh karena itu, keberadaan hutan mangrove menjadi signifikan sebagai upaya untuk mencegah gelombang tsunami dan abrasi yang dapat menyebabkan hilangnya daratan pesisir pantai akibat naiknya permukaan air laut serta dapat membantu kehidupan ekonomi masyarakat sekitar dan menjadi pelindung lingkungan.
Baca Juga: World Cleanup Day 2020: Anak Muda Contohi Pungut Sampah dan Tanam Mangrove di Pulau Pramuka
Melihat pentingnya peran hutan mangrove tersebut, Universitas Prasetiya Mulya melakukan gerakan penanaman total 1.454 bibit mangrove di Kawasan Mangrove Pulau Harapan dan Taman Wisata Alam Mangrove Angke, Kapuk, Jakarta.
“Pada ulang tahun kampus kali ini saya memperkenalkan istilah Fundamental Resetting, salah satu aspeknya adalah peralihan dari homosentrisme dimana semua yang dilakukan hanya untuk kepentingan manusia dan membawa banyak kerusakan, seperti contohnya global warming, menjadi bio village dimana manusia adalah bagian dari bumi, bukan pemilik bumi," kata Prof. Dr. Djisman S. Simandjuntak selaku Rektor Universitas Prasetiya Mulya yang ingin mahasiswa sadar untuk mengembalikan kebaikan alam dan mengantisipasi kerusakannya.
Soal mangrove, ia menyebutkan, bahwa 1 per 5 dari hutan mangrove dunia berada di Indonesia dan untuk itu ia ingin menjadikannya sebagai salah satu rumah bagi tanaman mangrove.
Gerakan menanaman ribuan bibit mangrove akan menambah kuas wilayah hutannya di Indonesia. Prof. Djisman juga percaya langkah ini akan menjadi upaya kampus untuk juga menyadarkan kita semua akan kelestarian bumi dan mangrove memainkan peranan yang luar biasa dalam ekosistem kehidupan yang kompleks.
“Tanpa mangrove dapat terjadi abrasi dan ombak akan menerjang, serta pada akhirnya kita bisa kehilangan banyak hal penting dari lingkungan di sekitar kita.
"Oleh karena itu saya berharap para civitas academica Universitas Prasetiya Mulya tidak hanya sukses pada karir tetapi juga menjadi profesional yang sadar akan kehidupan atau green life within work sehingga dapat turut melindungi dan memelihara keberlangsungan bumi demi masa depan semua makhluk hidup,” tambah Prof. Dr. Djisman lagi
Selain sebagai salah satu rangkaian acara wisuda Universitas Prasetiya Mulya tahun 2022, pelaksanaan penanaman bibit mangrove ini juga menjadi bagian dari peringatan 40 tahun Universitas Prasetiya Mulya bertemakan “Embarking on Fundamental Resetting”.
Tema ini memiliki makna kesadaran akan perlunya menata ulang berbagai aspek dalam kehidupan sebagai umat manusia guna mencapai masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Penataan ulang ini salah satunya berkaitan dengan isu keberlangsungan bumi dan titik kritis tipping point pemanasan global yang apabila terlampaui maka dampaknya tidak dapat lagi diputarbalikkan.
“Bekerja sama dengan Carbon Ethics dalam penyelenggaraan kegiatan ini, Universitas Prasetiya Mulya bakal menanam 1.454 bibit mangrove, dimana 1.404 bibit mewakili jumlah wisudawan Universitas Prasetiya Mulya di tahun 2022 yang akan ditanam di Kawasan Mangrove Pulau Harapan, Kepulauan Seribu dan 50 bibit mangrove lainnya akan ditanam di Taman Wisata Alam Mangrove Angke, Kapuk, Jakarta.
"Selain bibit mangrove, 25 orang wisudawan berprestasi juga akan diberikan satu baby coral untuk diadopsi di lokasi CarbonEthics Bali,” tutur Sandy Harianto, Ketua Panitia Wisuda Prasmul 2022.
Lebih jauh lagi, sebagai upaya melindungi dan melestarikan bumi, Universitas Prasetiya Mulya telah dan akan terus melakukan berbagai program keberlanjutan.
Sebagai contoh yaitu kawasan kampus Universitas Prasetiya Mulya yang ditanami dengan berbagai tanaman yang mencerminkan biodiversitas hayati tumbuhan Indonesia, sampah-sampah yang ada dalam kawasan kampus akan dipilah menjadi sampah yang dapat didaur ulang dan tidak dapat didaur ulang, serta proses pembelajaran di berbagai program studi yang sudah memasukkan tema sustainability sebagai bagian dari mata kuliah yang ditawarkan.
“Kami menyadari bahwa penanaman bibit mangrove hanyalah salah satu bagian kecil bagi upaya membuat bumi tetap layak ditempati oleh berbagai makhluk hidup hingga ke generasi anak cucu kita mendatang. Namun, Universitas Prasetiya Mulya juga berharap bahwa program ini dapat menjadi salah satu upaya untuk menyampaikan bahwa tindakan sekecil apapun untuk menyelamatkan bumi berguna dan layak untuk dilakukan,” tutup Prof. Djisman. (*)