Follow Us

Dosen Unpad Kembangkan Terapi Rasa Takut dan Fobia Lewat Teknologi VR

Tanya Audriatika - Rabu, 09 November 2022 | 19:05
Dosen Universitas Padjadjaran, Aulia Iskandarsyah, M.Psi., M.Sc., PhD kembangkan perangkat VR untuk terapi rasa takut dan fobia.
Dok. Unpad

Dosen Universitas Padjadjaran, Aulia Iskandarsyah, M.Psi., M.Sc., PhD kembangkan perangkat VR untuk terapi rasa takut dan fobia.

Karena itu, proses intervensi psikologis yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut yakni dengan mempelajari ulang (re-learning) sehingga seseorang bisa lebih menjadi ‘rasional’ dalam memandang rasa takutnya tanpa mengganggu fungsi dan kualitas hidupnya.

Pengembangan VR untuk terapi rasa takut dan fobia ini sudah dilakukan Aulia sejak 2017. Pengembangan riset ini dilakukan bersama peneliti lain di Fakultas Psikologi dan Fakultas MIPA Unpad.

Dari berbagai teknologi yang dikembangkan, teknologi VR menggunakan perangkat Oculus Quest 2 ini dinilai lebih ringkas.

Studi awal berupa intervensi untuk mengatasi rasa takut akan gelap. Aulia mengatakan, mereka yang sudah coba mengalami penurunan intensitas rasa takut gelap.

“Bukan jadi sama sekali nggak takut, tapi intensitasnya berkurang,” imbuhnya.

Studi lainnya yakni mengatasi rasa cemas untuk berbicara di depan publik.

Ketika melakukan intervensi, tim menyiapkan level tertentu yang akan dihadapi pengguna. Perbedaan dari setiap levelnya yakni jumlah audiens yang bakal dihadapi pengguna.

“Ketika dia mengatasi satu sesi, maka dia bakal masuk ke sesi (level) berikutnya, sehingga itu menambah kepercayaan dirinya. Dan hasil risetnya menunjukkan bahwa orang yang telah melakukan latihan dengan simulasi VR ini lebih percaya diri dan berkurang rasa cemasnya untuk prestasi di depan orang,” paparnya.

Sebagai upaya meningkatkan kepercayaan diri tersebut, tim menggunakan sistem penghargaan (reward).

Jadi, ketika berhasil menyelesaikan satu level, sistem akan menampilkan reward atau ucapan yang mendukung untuk bisa melangkah ke level berikutnya.

“Ini metode untuk memperkuat,” tambahnya.

Aulia melanjutkan, teknologi VR sendiri di luar negeri sudah lama digunakan untuk terapi. Hanya saja, Indonesia belum terlalu familiar dengan aktivitas tersebut.

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest