"Pakaian dan penampilan seseorang itu biasanya cuma topeng untuk menutupi kepalsuan mereka," tutur Mohammad Hidayatullah, siswa SMA 1 Kudus, membuka pembicaraan kepada HAI, Minggu (30/11) malam.
Ia bersama dengan 11 temannya yang tegabung dalam Studio One baru saja menampilkan naskah Pakaian dan Kepalsuan karya Averchenko, Achdiat K. Mihardja di final Festival Teater Pelajar (FTP) se-kabupaten Kudus, yang diselenggarakan oleh Bakti Budaya Djarum Fondation di GOR Bulutangkis Djarum, Kaliputu. Menempati panggung di sebelah kiri penonton, dengan setting sebuah cafe dan pakaian ala pekerja kantoran, mereka tampak luwes memainkan peran masing-masing.
Dialog demi dialog dari naskah yang mereka pilih dari panitia meluncur dengan lancar. Di beberapa percakapan terdengar mereka mengkritik bobroknya pemerintahan di negeri ini.
"Cerita ini paling menarik, mungkin kalau baca teksnya kurang menarik. Tapi kita bisa berimprovisasi untuk membuat hal ini jadi menarik," lanjut cowok berkawat gigi ini.
Selama lebih dari satu bulan, teater studio one berlatih untuk bisa "menonjol" dari sembilan finalis lain, serta memukau para juri yang terdiri dari Putu Fajar Arcana, jurnalis dan sastrawan, Ratna Riantiarno dari teater Koma dan perwakilan dari Departemen Pendidikan Pemuda dan Olahraga kabupaten Kudus.
"Sebelumnya emang kita latihan rutin, tapi untuk final ini tambah rutin lagi, bisa dibilang setiap hari latihan terus," ujar Ainaya, yang memerankan karakter renternir.
Lawan mereka cukup berat, beberapa diantaranya adalah Teater STIF dari MA NU Ibtidaul Falah yang membawakan naskah Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya dan Teater SAKA dari SMA 2 Kudus yang membawakan karya Titik-titik Hitam karya Nasyah Djamin.
"Teater bukan menang-menanganan kompetisi hanya sebuah cara men-support kreatifitas kita agar lebih postif. Teater memberikan banyak hal dalam kehidupan. Teater adalah sebuah kehidupan. Ada seni rupa, drama, karakter manusia, keculasan kebaikan. Jadi yang kita lihat ini seberapa bisa anak-anak ini masuk untuk mempresentasikan naskah," ujar Putu atau yang akrab disapa Bli Can, ditemui usai preskon FTP, di Kudus.
Dari sepuluh finalis yang penampilannya terpisah selama dua hari, 29-30 November 2014, menurut juri memiliki kelebihan masing-masing. "Mereka melakukannya dengan cinta dan senang. Luar biasa. Masing-masing memberikan spirit pada teman-temannya masing-masing," ucap Ratna.
Kerja keras berbuah hasil, ketiga juri sepakat memilih Studio One sebagai juara Teater Terbaik untuk tingkat SMA. "ya seneng banget, senengnya gimana ya nggak bisa diungkapin deh. Karena alhamdulillah ini kemenangan kedua tahun lalu kita juga menang," tutur Hidayatullah.
Nggak hanya teater terbaik, FTP 2014 juga memberikan penghargaan untuk Sutradara Terbaik, Pemeran Utama Terbaik, Pemeran Pembantu Terbaik dan Penata Artistik Terbaik.
Berikut daftar lengkap pemenang FTP 2014: