“Apa jadinya kalau chant dan lagu itu dinyanyikan secara terkoordinir seisi stadion, dinikmati, didengarkan anak-anak lalu ditiru? Kekerasan itu akan menumbuh,” ungkapnya.
Apabila ini terus dibiarkan bakal membentuk kesadaran kolektif bersama akan kekerasan dan membangkitkan rasa ‘kebencian’ antar suporter.
Ini jadi catatan penting suporter, klub sepak bola dan stakeholder untuk memutus kekerasan verbal atau simbolik.
“Sejauh ini, sudah ada suporter yang berhasil memutus rantai itu kemudian membuat lagu-lagu yang fokus mendukung timnya dengan lirik-lirik yang kreatif dan positif,” pungkasnya.
Karena itu yang bisa dilakukan ke depan yakni memperbaiki regulasi dan penerapannya di level struktural dan memperbaiki atau memutus rantai ‘kekerasan’ antar suporter di level kultural.
Baca Juga: Dewa 19 Cover Lagu Gadis Sexy Slank, Ari Lasso: Dulu D.E.W.A Pernah Bawain Lagu Ini 30 Tahun Lalu
Selain itu meningkatkan edukasi dan kesadaran akan pentingnya kultur sepak bola yang sehat dan menyenangkan.
Bayu berharap kejadian ini benar-benar jadi pembelajaran dan pembenahan bersama sehingga tragedi Kanjuruhan terjadi lagi ke depan dan iklim sepak bola Indonesia bisa naik kelas. (*)