Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Tiga Peneliti Teknologi Kuantum Diganjar Nobel Fisika 2022, Intip Teori Ilmiahnya!

Al Sobry - Rabu, 05 Oktober 2022 | 10:22
Tiga Peneliti Teknologi Kuantum Diganjar Nobel Fisika 2022

Tiga Peneliti Teknologi Kuantum Diganjar Nobel Fisika 2022

HAI-Online.com- Setiap profesi punya punya pencapaian tertinggi dalam kariernya. Jika seseorang bergelut di bidang sains, nobel prize adalah salah satu perhargaan tertinggi yang bisa diraih ilmuwan.

Nah, belum lama ini 3 periset di bidang fisika meraih hadiah nobel lantaran tekun meneliti teknologi kuantum. AdalahAlain Aspect dari Prancis, John Clauser dari Amerika, dan Anton Zeilinger dari Austria, masing-masing mereka menerim 1/3 Hadiah Nobel Fisika pada 2022.
Ketiga ilmuwan ini dinilai telah meletakkan dasar era baru teknologi kuantum, yang di antaranya bisa diaplikasikan di bidang enkripsi.
PadaSelasa (4/10/2022) kemarin, tiga ahli fisika kuantum ini berbagi hadiah yang sebesar 10 juta krona Swedia atau sekitar Rp 13,9 miliar.
Untuk diketahui, ilmuwan Aspect (75) berafiliasi dengan Université Paris-Saclay and École Polytechnique, Palaiseau. Sedangkan Clauser (79) menjalankan perusahaannya sendiri di California dan Zeilinger (77) bergabung dengan Universitas Wina.
Nah ketiganya ini kompak meneliti teknologi kuantumdan telah menemukan cara menghubungkan partikel, yang dikenal sebagai foton, bahkan ketika mereka telah dipisahkan oleh jarak yang jauh. Buat yang belajar kimia dasar, sepertinya bakal cukup akrab dengan muatan di partikel atom ini. Dimana foton merupakan partikel dari cahaya yang mengakibatkan terjadinya radiasi elektromagnetik.
Studi fisika kuantum sendiri berfokus mempelajari tentang materi dan energi pada tingkat yang paling mendasar bertujuan untuk mengungkap sifat dan perilaku dari blok bangunan alam. Temuan dari tiga peneliti ini, menurut Komite Nobel, dapat membuka jalan ke generasi baru komputer dan sistem telekomunikasi yang kuat enkripsinya sehingga sulit untuk dibobol pihak luar.
Nggak heran, Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Swedia, dalam pengumumannya menyebutkan bahwa menurut Komite Nobel, ketiga ilmuwan ini secara independen telah melakukan eksperimen terobosan yang membantu memperjelas klaim dasar keterikatan kuantum (quantum entanglement).
Kuantum dikatakan terikat ketika salah satu partikel tidak dapat dijelaskan dengan sempurna tanpa menyertakan semua informasi tentang yang lain: partikel-partikel itu "terhubung" sedemikian rupa sehingga mereka tidak independen satu sama lain.
Meskipun ide semacam ini mungkin tampak masuk akal, namun hal ini sulit untuk dipahami dan terutama cukup rumit diimplementasikan.
Pasalanya para fisikawan selama ini telah berusaha mempelajari lebih lanjut tentangnya.Salah satu pertanyaan itu adalah bagaimana mekanika kuantum memungkinkan dua atau lebih partikel berada dalam kondisi yang disebut sebagai keadaan saling terikat.
Apa yang terjadi pada salah satu partikel dalam pasangan terikat menentukan apa yang terjadi pada partikel lain, bahkan jika mereka berjauhan.
Untuk waktu yang lama, pertanyaannya adalah apakah korelasi itu karena partikel dalam pasangan yang terikat mengandung variabel tersembunyi, instruksi yang memberi tahu mereka hasil mana yang harus mereka berikan dalam percobaan.
Pada 1960-an, ahli fisika dari Irlandia Utara, John Stewart Bell mengembangkan ketidaksetaraan matematika yang dinamai menurut namanya, teori Bell.
Teori ini menyatakan bahwa jika ada variabel tersembunyi, korelasi antara hasil sejumlah besar pengukuran tidak akan pernah melebihi nilai tertentu.
Namun, mekanika kuantum memprediksi bahwa jenis eksperimen tertentu akan melanggar ketidaksetaraan Bell, sehingga menghasilkan korelasi yang lebih kuat daripada yang mungkin terjadi.
John Clauser mengembangkan ide-ide John Bell yang mengarah ke eksperimen praktis. Ketika dia melakukan pengukuran, mereka mendukung mekanika kuantum dengan jelas melanggar ketidaksetaraan Bell. Artinya, mekanika kuantum tidak dapat digantikan oleh teori yang menggunakan variabel tersembunyi.
Beberapa celah tetap ada setelah eksperimen John Clauser. Kemudian Alain Aspect mengembangkan pengaturan, menggunakannya dengan cara yang menutup celah penting. Dia dapat mengubah pengaturan pengukuran setelah pasangan yang terjerat meninggalkan sumbernya, sehingga pengaturan yang ada saat dipancarkan tidak dapat memengaruhi hasilnya.
Menggunakan alat yang disempurnakan dan serangkaian eksperimen yang panjang, Anton Zeilinger mulai menggunakan keadaan kuantum terikat.Antara lain, kelompok penelitiannya telah mendemonstrasikan sebuah fenomena yang disebut teleportasi kuantum yang memungkinkan untuk memindahkan keadaan kuantum dari satu partikel ke satu partikel di kejauhan.
Melalui serangkaian penelitian ini, Aspect, Clauser, dan Zeilinger dianggap telah membuka jalan bagi teknologi baru berdasarkan informasi kuantum ini. Efek mekanika kuantum yang sebelumnya sulit terjelaskan mulai menemukan aplikasinya, mencakup komputer kuantum, jaringan kuantum, dan komunikasi terenkripsi kuantum yang aman.
“Semakin jelas bahwa jenis baru teknologi kuantum muncul. Kita dapat melihat bahwa karya para pemenang tentang kuantum dalam keadaan terjerat sangat penting, bahkan di luar pertanyaan mendasar tentang interpretasi mekanika kuantum,” kata Anders Irbäck, Ketua Komite Nobel untuk Fisika. (*)

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x