Awalnya ibunya sedikit keberatan jika ia harus kuliah di luar kota Pacitan karena pertimbangan faktor ekonomi keluarga yang hanya mampu mengumpulkan uang RP1,5 juta per bulan dari gaji sebagai buruh tukang dan pengumpul barang rongsokan.
Namun, Alza meyakinkan kedua orang tuanya bahwa ia juga mendaftar Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah.
Jika ia lolos, kata Alza, ayah dan ibunya nggak perlu khawatir soal biaya kuliah maupun biaya hidup karena bantuan tersebut juga mendapat uang saku.
"Nggak kebayang bisa masuk ke UGM. Nanti kan temannya lebih pintar dan wawasan lebih luas, semoga saya lebih baik lagi nantinya," pungkasnya. (*)