Kondisi tersebut menjadikan kurangnya pengetahuan dan pelatihan dalam pengelolaan minyak atsiri.
“Mereka masih menggunakan teknologi tradisional serta belum melakukan uji lab hasil produksi sehingga mempengaruhi penjualan,” jelasnya.
Hasil survey dan wawancara juga menunjukkan bahwa sebagian besar petani merasa kesulitan dalam pengolahan produk minyak atsiri sereh wangi terutama untuk meningkatkan kualitasnya. Petani juga menyampaikan dengan teknologi tradisional mereka butuh prosesnya yang lama dan hasilnya tidak begitu bagus.
“Karenanya, kami membuat beberapa program KKN untuk meningkatkan kemudahan produksi dan kualitas produk,” ungkapnya.
Program ini menuai tanggapan yang positif dari petani dan pengelola AMKE Oro-oro Ombo. Banyak petani yang mengharapkan akan diadakannya kegiatan sejenis karena merasa banyak mendapatkan ilmu, pengalaman, dan bantuan inovasi terhadap peningkatan kualitas produk di AMKE Oro-oro Ombo.
“Kami senang banyak respon positif dari petani dan semua bentuk pelatihan berjalan dengan lancar,” cerita Iin.
Terakhir, Iin berharap bahwa pelatihan dan alat yang diberikan dapat menjadi bahan evaluasi dan inventaris AMKE Oro-oro Ombo tersebut agar dapat menjadi solusi permasalahan dalam peningkatan kualitas pengelolaan produk Minyak Atsiri Sereh Wangi.
“Kami juga berharap program ini dapat jadi acuan program lain yang dapat diterapkan di lebih banyak mitra,” pungkasnya.
(Tanya Audriatika)