HAI-ONLINE.COM - Minyak atsiri sereh wangi menjadi produk komoditi unggulan Area Modal Konservasi dan Edukasi (AMKE) Desa Oro-oro Ombo Kota Batu. Namun produk tersebut kurang optimal proses produksi yang tradisional.
Maka dari itu, tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kasih pelatihan dan pendampingan buat meningkatkan kualitas pengelolaan produk minyak atsiri sereh wangi.
Ketua tim KKN Abmas, Iniko Antosina Fajar menjelaskan, tim KKN ini berisi sepuluh mahasiswa dari Departemen Teknik Fisika. Dengan didampingi oleh Dr rer nat Ir Aulia MT Nasution M Sc, tim ini berhasil menjalankan rangkaian kegiatan pengabdian selama dua bulan.
Program KKN yang diberikan berupa pelatihan soal teknik penanaman dan pembibitan sereh. Kemudian, pelatihan pengolahan minyak atsiri, pemaparan hasil pengujian lab, serta demo alat separating funnel atau corong pemisah.
Pria yang akrab disapa Iin ini menjelaskan, corong pemisah sendiri merupakan peralatan laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi cairan. Dalam pembuatan minyak atsiri sereh wangi ini, corong pemisah digunakan untuk memisahkan minyak dan air pada proses pemanasan dan penguapan.
Sebelumnya, masyarakat masih secara manual menciduk minyak dengan sendok.
Baca Juga: Keren! Mahasiswa ITS Surabaya Bikin Robot Hosiro-Usiro untuk Rawat Pasien Covid-19
“Dengan corong pemisah ini, hanya dengan memutar kran dan minyak akan terpisah,” jelas Iin, dilansir laman ITS Senin (28/03/2022).
Hasil pengujian lab menggunakan sistem fotonika menunjukkan minyak atsiri sereh wangi dari AMKE memiliki kadar kualitas kemurniannya paling baik dibanding tiga produk minyak atsiri sereh yang lain.
Masyarakat ingin hasil lab ini dapat dikembangkan untuk mengetahui persenan unsur yang ada dalam minyak atsiri sereh wangi.
“Permintaan ini, akan ditindaklanjuti pada KKN AMKE selanjutnya, sembari menyiapkan alat ujinya,” tambahnya.
Program KKN yang dipilih rupanya berasal dari permasalahan yang ditemukan di lapangan. Iin menyampaikan, pendidikan petani dan pengelola AMKE Oro-oro Ombo tergolong rendah yaitu mayoritas lulusan SMP.