Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Mahasiswa ITS Bikin Rompi Detektor Buat Serangan Jantung Koroner

Tim Redaksi - Rabu, 30 Maret 2022 | 17:05
(Dari kiri) Renaka Agusta, Izzah Awwalin, Dwisainstia Aponno, dan Muhammad Cendekia Airlannga, tim mahasiswa ITS penggagas rompi detektor serangan jantung koroner.
Dok. dari laman ITS

(Dari kiri) Renaka Agusta, Izzah Awwalin, Dwisainstia Aponno, dan Muhammad Cendekia Airlannga, tim mahasiswa ITS penggagas rompi detektor serangan jantung koroner.

Dalam proses pembuatannya, tim melakukan pembagian kerja berdasarkan subsistem alat untuk memastikan keseluruhan sistem dapat bekerja dengan baik. Subsistem yang dibentuk berupa pembacaan sensor dan pembacaan pengguna.

“Setiap anggota merakit komponen sesuai bagian masing-masing dan mengintegrasikan dengan jasa kurir dalam mengirim seluruh komponen,” lanjut Enzy.

Proses tersebut kemudian berlanjut dengan pembuatan aplikasi pada ponsel pintar, memberi label pada data, serta melatih kecerdasan buatan yang dilakukan bersama-sama oleh tim secara daring.

Untuk memastikan performa dari algoritma deep learning dalam klasifikasi masukan sinyal jantung, Enzy dan timnya melakukan pengujian kepada pengguna dengan berbagai kondisi aktivitas seperti duduk, berjalan, dan berlari.

Dari hasil pengujian, rompi detektor serangan jantung buatan mahasiswa bimbingan Dosen Departemen Teknik Elektro ITS, Ir Rusdhianto Effendi AK ini mampu beroperasi dengan akurasi klasifikasi sebesar 90% dan memberikan hasil pembacaan yang baik ketika digunakan saat istirahat ataupun beraktivitas.

“Sehingga keseluruhan sistem mampu mendukung pertolongan cepat tanggap melalui integrasi antara rompi dengan aplikasi,” simpul mahasiswa angkatan 2018 tersebut.

Melalui ide solutif tersebut, Enzy dan timnya berhasil sabet medali emas pada Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2021. Ke depannya, rompi detektor serangan jantung ini masih dapat dikembangkan lagi melalui modifikasi bagian komponen elektroniknya sehingga rompi akan mengonsumsi daya yang lebih kecil.

“Selain itu, komponen yang digunakan dapat diringkas lagi untuk menekan biaya produksi,” pungkas Enzy.

(Tanya Audriatika)

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x