Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Siapa Aja Sih yang Pake 'Bahasa Jaksel'? Ternyata, Bukan Cuma Anak Muda Lho

Alvin Bahar - Kamis, 10 Maret 2022 | 20:05
Ilustrasi alfabet bahasa.
Pixahive

Ilustrasi alfabet bahasa.

Baca Juga: Kenapa Lupus Bengal, Gondrong, dan Ngunyah Permen Karet? Ternyata Hal-hal Tersebut Punya Pesan Buat Remaja

Sebanyak 27,5 persen lainnya menilai ini sebagai hiburan. Adapun 37,9 persen responden mengaku tidak terganggu ketika mendengar percakapan dalam bahasa campuran.

Sebanyak 23,5 persen responden mengaku terganggu, sementara 35,3 persen lainnya merasa biasa saja.

Di sisi lain, menurut Wikipediawan dan pencinta bahasa Indonesia Ivan Lanin, penggunaan bahasa kerap berhubungan dengan prestise.

Bahasa asing dianggap lebih prestisius daripada bahasa Indonesia.

”Pemerintah dapat meningkatkan prestise bahasa Indonesia dengan pembiasaan, misalnya dengan mengharuskan pemakaian bahasa Indonesia di ruang publik. Pemerintah, melalui Badan Bahasa, juga dapat meningkatkan penyebaran padanan kata melalui berbagai saluran, misalnya media sosial,” ujarnya.

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Endang Aminudin Aziz mengatakan, alasan lain orang menggunakan bahasa campuran adalah untuk pamer.

Hal ini nggak dikehendaki dalam komunikasi karena akan membuat dialog bersifat egosentris.

”Ini membuat penutur berjarak dengan mitranya. Selain itu, berbahasa campuran untuk pamer membuat posisi mitra tuturnya tidak lagi setara dengan penutur yang bersangkutan. Namun, hal ini tidak akan terjadi jika kedua belah pihak saling mengerti bahasa tersebut,” ucap Endang.

Yang jelas, campur bahasa nggak masalah asal pesannya tersampaikan dan komunikasinya nggak egosentris. Setuju?

Artikel ini sebagian dikutip dari "Dwibahasa yang Bukan Sekadar ”Bahasa Jaksel” dari Kompas.id

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x