HAI-ONLINE.COM - Sejumlah orang kesel sama "bahasa Jaksel", yang lain memaklumi. Campur bahasa Indonesia dengan Inggris ada yang anggap nggak menghargai bahasa sendiri, tapi ada juga yang nanggepin nyantai. Tapi, apa cuma anak muda yang pake Bahasa Jaksel?
Dalam istilah linguistik, "bahasa Jaksel" disebut code switching atau alih kode.
Fenomena ini lumrah dan umumnya terjadi pada orang yang bilingual.
Campur-campur bahasa satu dengan lainnya juga terjadi karena akulturasi lho.
Misalnya, kata gue dalam bahasa Betawi merupakan serapan dari bahasa China.
Sementara itu, kata ane diserap dari bahasa Arab.
Adapun globalisasi mempercepat interaksi budaya. Akibatnya, interaksi bahasa satu dengan lainnya pun semakin cepat dan masif.
Berkomunikasi dengan ”bahasa Jaksel” pun kini dianggap wajar. Hal ini sesuai hasil jajak pendapat Kompas terhadap 153 responden di Jabodetabek pada 2018.
Hampir 60 persen anak muda mencampur bahasa saat berdialog.
Hal tersebut nggak hanya dilakukan anak muda, tetapi juga akademisi, pejabat pemerintah, hingga pelaku bisnis.
Sebanyak 26,1 persen responden menganggap tren kemringgis ini sebagai bagian dari perkembangan zaman.