Follow Us

Mengenang Hilman Lewat Lupus: Karya Abadi Dari Seorang Pengarang Jeli

Alvin Bahar - Rabu, 09 Maret 2022 | 12:15
Ilustrasi Lupus, dari HAI tahun 1988
HAI

Ilustrasi Lupus, dari HAI tahun 1988

Hanya saja, tren yang ada pada Lupus baru disesuaikan dengan tren pada tahun rilis.

Kalau dulu trennya Duran-Duran, sekarang sudah diganti dengan grunge. Dan kayaknya hal itu akur-akur aja bagi pembaca. Sebab di benak masing-masing pembaca, sudah tergambar sosok tokoh-tokoh cerita Lupus.

Lupus adalah cowok ceking yang doyan makan permen karet dan jahil kepada setiap orang. Gusur si seniman sableng yang jorok, dan Boim si playboy Duren Tiga yang sok ganteng. Setiap pembaca bisa berbeda konsepnya, tergantung imajinasi mereka sendiri. Makanya, ketika Lupus ditampilkan dalam bentuk nyata (film atau sinetron), para penggemar kalang kabut.

Mereka kehilangan sosok idola mereka. Sosok Ryan Hidayat, Migdad Addausy, atau Irgi Fahrezi yang memerankan Lupus, jadi membatasi imajinasi tokoh itu sendiri.

Walau pun Lupus nggak berwujud, kehadirannya terasa banget saat pembaca membaca kata demi kata dalam cerita. Ketika Lupus "dihidupkan", mereka kehilangan rasa itu. Mereka nggak merasakan kehadirannya.

Namun "nyebrang"-nya Lupus ke format lain, bahkan hingga belasan tahun setelah terbit, adalah bukti gimana karya Hilman adalah sebuah masterpiece yang selalu punya tempat di hati para penggemarnya.

Kini sang kreator, Hilman Hariwijaya telah tiada, tetapi Lupus dan segala hal ikoniknya akan terus terkenang di hati pecintanya. Selamat jalan, Hilman. Long Live Lupus.

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest