Gejala TBC umumnya berupa batuk lebih dari dua minggu, sakit dada, batuk darah atau dahak, dan sesak napas.
Gejala ini juga sering disertai dengan penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan, mual dan muntah, kelelahan, merasa demam atau kedinginan, hingga muncul keringat dingin pada malam hari.
Memutus mata rantai penularan TBC
Sebagai salah satu penyakit menular yang rentan menyerang siapa saja, TBC menjadi salah satu penyakit yang harus segera diputus mata rantai penularannya.
Baca Juga: Paul Dano Ngaku Sulit Tidur saat Peranin Karakter The Riddler di Film Batman
Sayangnya, meski penyakit ini bisa disembuhkan, Kemenkes menyebut, sebanyak 439.975 pasien atau 54 persen pasien TBC di tahun 2021 belum diobati dan berisiko menjadi sumber penularan bagi orang disekitarnya.
Untuk itu, apabila merasa bergejala atau memiliki keluarga dan kerabat yang mungkin terkena TBC, kamu bisa memutus mata rantai dengan mengunjungi laman #141CekTBC di https://141.stoptbindonesia.org
Program tersebut diinisiasi oleh Stop TB Partnership Indonesia (STPI) untuk mendukung Kementerian Kesehatan memutus mata rantai penularan TBC.
Direktur Eksekutif Stop TB Partnership Indonesia dr. Henry Diatmo, MKM berharap, melalui program #141CekTBC, kaum muda bisa lebih peduli dengan isu kesehatan, termasuk TBC.
Baca Juga: 5 Alasan Putus yang Biarpun Benar, Mending Nggak Usah Dipake
“Kami berharap kampanye #141CekTBC dapat mendorong kesadaran baru bahwa jika batuk tak reda dalam 14 hari atau lebih, sudah waktunya untuk melakukan pemeriksaan ke dokter”, ujar dr Henry.
Lewat program ini, kamu bisa mengetahui apa saja gejala awal TBC dan bagaimana cara mengobatinya sampai tuntas.