Sementara itu soal dampak Matahari yang terbenam lebih lambat, Peneliti Pusat Sains Antariksa Lapan-BRIN Andi Pangerang menyebutkan, nggak ada yang perlu dikhawatirkan. Sebab, fenomena ini merupakan peristiwa yang terjadi di setiap tahun.
Ia pun mengimbau masyarakat nggak perlu berpikir terlalu jauh, apalagi sampai panik. Selain sudah lazim terjadi, peristiwa terbit tenggelamnya Matahari seperti ini bisa diprediksi oleh manusia dengan ilmu pengetahuan.
"Sekitar 10 bulan lagi, sejak 13 hingga 18 November 2022 mendatang, Matahari akan terbit lebih cepat untuk Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara," tutur Andi. (*)
Baca Juga: Benarkah Gempa Banten Ngaruh ke Gunung Anak Krakatau? Ini Penjelasan PVMBG