Ia mengatakan hujan umumnya terjadi ketika awan sudah cukup matang dan jika proses kondensasi pada awan cukup kuat.
Saat itulah, bakalan terjadi hujan dengan intensitas sedang-lebat yang mana cirinya diameter buliran besar pada area yang luas.
Adapun jika hujan dari awan Comulonimbus dengan cakupan yang nggak luas, ketika menghasilkan hujan lebat maka akan ditemukan hujan dengan intensitas ringan yang ditandai dengan butiran lebih kecil paling nggak satu sisi hujan dengan intensitas yang lebat.
“Kondisi tersebut tidak ditemukan pada video yang beredar karena hujan yang jatuh pada area cakupan sempit dan intensitas lebat (tidak ada satupun sisi yang menunjukkan intensitas hujan ringan),” ujarnya.
Selain itu, Ririn mengatakan bahwa lokasi hujan pada awan Cumulonimbus umumnya juga mengikuti pergerakan awan sehingga bisa dikatakan sangat jarang terjadi pada titik lokasi yang sama pada waktu lama.
Terutama jika diameter awan cukup kecil, maka akan sangat jelas terlihat pergerakan awan dan hujannya.
“Ketika terjadi hujan yang sifatnya sangat lokal, dapat dipastikan ada angin dan tutupan awan yang tidak merata. Awan Cumulus penyebab hujan lokal sulit terbentuk di kondisi setelah hujan seperti kejadian yang viral saat ini,” pungkas dia.
Nah, itulah penjelasan dari BMKG soal video TikTok yang memperlihatkan hujan yang hanya mengguyur satu mobil saja. (*)
Baca Juga: Rame Soal Spanduk Parkir Gratis, Ini Penjelasan Alfamart dan Indomaret
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul"Viral, Video Hujan Turun Hanya Guyur Satu Mobil, Ini Penjelasan BMKG"