Jumlah tersebut terbagi menjadi 175 ragam sate yang bisa ditelusuri asal-usulnya dan 77 ragam sate lainnya masih misteri alias belum bisa diketahui asal-usulnya.
Murdijati yang juga Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan UGM ini menyebut bahwa 175 jenis sate yang telahdiketahui asal-usulnya ini dapat ditemukan di hampir semua daerah kuliner di Indonesia, kecuali Lampung dan Mandar yang tak memiliki sate sebagai makanantradisionalnya.
Lebih lanjut, ia juga mencatat bahwa wilayah yang memiliki ragam sate paling banyak ada di Yogyakarta. Daerah tersebut mempunyai 21 jenis sate.
Sementara itu, posisi selanjutnya ditempati Semarang yang memiliki 12 ragam sate, serta Bali dan Pekalongan yang masing-masing terdapat 11 ragam sate.
Adapun untuk membuat sate, Murdijati menyebut bahwa bahan-bahan didominasi dengan daging sapi (48,05 persen). Pilihan bahan lainnya yakni daging ayam (37,66 persen) dan daging kambing (20,77 persen), sisanya ada babi, biawak dan lain-lain.
Lantas, untuk bumbu sate sendiri, masyarakat Indonesia paling sering menggunakan bawang putih, bawang merah, ketumbar, dan gula kelapa untuk bumbu makanan ini.
Selanjutnya, bawang merah (10,32 persen), bawang putih (9,52 persen), dan kecap manis (8,73 persen).
Untuk pelengkap saat menikmati sate, masyarakat paling banyak memilih kecap manis, bawang merah iris, cabai rawit merah, tomat, serta bawang goreng.
"Dari ragam serta sebarannya yang luas, sate pun pantas menjadi salah satu produk kuliner yang merepresentasikan hidangan Indonesia," jelas Murdijati.
Ngga heran kalo ada artis atau musisi luar yang menyambangi dna menikmati kuliner kita, sate menjadi salah satu makanan favorit yang disebutkan mereka ketika ditanya wartawan dalam wawancara. (*)