Nah terkait suhu dingin yang belakangan ini dirasakan bukan karena Matahari sedang berada di titik terjauh.
Menurut Sungging, suhu dingin itu lebih disebabkan oleh dinamika atmosfer yang terjadi.
"Kalau suhu lebih karena dinamika atmosfer," kata dia.
Melansir laman Edukasi Sains Antariksa LAPAN, suhu dingin ketika pagi hari yang terjadi belakangan ini merupakan hal yang biasa terjadi pada musim kemarau.
LAPAN menjelaskan, permukaan Bumi menyerap cahaya Matahari pada siang hari, dan kemudian melepaskan panas yang diserap itu pada malam hari.
Lepasan panas itu seharusnya dipantulkan kembali oleh awan ke permukaan Bumi. Namun, karena tutupan awan yang sedikit pada musim kemarau, nggak ada panas yang dipantulkan ke permukaan Bumi.
Baca Juga: Foto Kilatan Cahaya di Gunung Merapi Viral, Benarkah Meteor? Ini Penjelasan LAPAN
Selain itu, posisi Matahari saat ini berada di belahan Utara membuat tekanan udara di belahan Utara lebih rendah dibanding belahan Selatan.
Hasilnya, akibat tekanan udara di Utara yang lebih rendah, udara bergerak dari arah Selatan menuju Utara.
Pada saat bersamaan, benua Australia yang berada di Selatan sedang mengalami musim dingin, sehingga angin yang bertiup ke Utara bersuhu dingin.
Menurut LAPAN, dampak yang ditimbulkan dari fenomena itu adalah penurunan suhu, khususnya di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, yang terletak di selatan khatulistiwa.
Nah jadi seperti itu penjelasan atas suhu dingin yang belakangan terjadi di sebagian wilayah Indonesia ya, sob. (*)