Hewan cerpelai diklaim dapat menjadi inang yang baik bagi pertumbuhan virus corona sehingga dikabarkanSARS-CoV-2ini telah bermutasi dalam tubuh hewan tersebut.
Tidak hanya pada cerpelai, corona juga dikabarkan bermutasi di tubuh hewan jenis musang dan tupai sehingga penyebaran baru lewat hewan ini menjadi perhatian bagi organisasi kesehatan dunia (WHO).
Melansir informasi resmi WHO, virus corona yang ditemukan di cerpelai punya kombinasi mutasi atau perubahan yang belum pernah diamati sebelumnya.
Meski begitu, diperlukan studi ilmiah berbasis laboratorium lebih lanjut untuk memverifikasi temuan awal yang dilaporkan ini.
Studi tersebut juga bertujuan memahami implikasi potensial dalam hal diagnostik, terapeutik, dan vaksin yang kini sedang dikembangkan.
Sejauh ini, kasus penularan virus corona sebagian besar terjadi antarmanusia, melalui tetesan pernapasan dan kontak dekat.
Tetapi, ditemukan pula beberapa hewan yang terinfeksi virus corona seperti anjing, kucing, singa, harimau, dan cerpelai.
Cerpelai dapat bertindak sebagai reservoir SARS-CoV-2, menyebarkan virus di antara populasinya, menimbulkan risiko penyebaran virus dari cerpelaike manusia.
Saat virus berpindah antara populasi manusia dan hewan, modifikasi genetik pada virus dapat terjadi.
Menurut WHO, sejauh ini enam negara melaporkan virus coorna pada peternakan cerpelai, yaitu Denmark, Belanda, Spanyol, Swedia, Italia, dan Amerika Serikat.
Dua hari lalu, Kompas.com mengutip Associated Press yang melaporkansetidaknya ada lebih dari 15 juta ekor cerpelai di Denmark harus rela dimusnahkan demi meminimalisasi risiko penularan virus ke manusia yang kontak.
Atas pemusnahan ini, pemerintah berjanji memberikan kompensasi bagi peternak cerpelai.
"Saya kira tidak ada profesi ternak cerpelai di masa depan. Saya berharap pemerintah memiliki bukti atas klaim mereka, dan membuktikan bahwa itu adalah keputusan yang tepat," kata Frank Andersen, salah satu peternak cerpelai di Denmark. (*)