Follow Us

Mengenal Lebih Dekat Profil Jakob Oetama, Dari Guru SMP Sampai Jadi Toko Pers Indonesia

Annisa Putri Salsabila - Rabu, 09 September 2020 | 18:00
Foto masa muda Jakob Oetama bersama rekannya
kompas.com

Foto masa muda Jakob Oetama bersama rekannya

Saat itu, Jakob nggak berkerja sebagai guru di Yayasan milik Sapto, ia justru menjadi guru di SMP Mardiyuwana Cipanas, Jawa Barat pada 1952 sampai 1953.

Kemudian Jakob pindah ke Sekolah Guru Bagian B di Lenteng Agung, Jakarta pada 1953-1954 dan pindah lagi ke SMP Van Lith di Gunung Sahari di tahun 1954-1956.

Sekolah tersebut berada di bawah asuhan para pastor Kongregasi Ordo Fratrum Minorum (OFM) atau disebut Fransiskan.

Saat itu ia tinggal di kompleks Sekolah Vincentius di Kramat Raya, Jakarta Pusat yang kini dikenal kompleks Panti Asuhan VIncentius Putra.

Sembari mengajar siswa/I SMP, ia melanjutkan studinya pada tingkat tinggi. Jakob memilih kuliah B-1 Ilmu Sejarah.

Setelah lulus melanjutkan di Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Publisistik di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Saat belajar sejarah, minat Jakob dalam menulis mulai berkembang. Kecintaanya terhadap dunia jurnalistik semakin tinggi saat ia mendapat pekerjaan sebagai sekretaris redaksi mingguan Penabur di Jakarta dan memutuskan berhenti mengajar pada 1956.

Saat itu, Jakob sempat direkomendasikan untuk menempuh pendidikan di University of Columbia, Amerika Serikat oleh salah satu guru sejarahnya ketika bersekolah di B-1 Sejarah yang juga seorang pastor Belanda, Van den Berg, SJ.

Baca Juga: Jakob Oetama dan PK Ojong, Dua Sosok Penting Dalam Sejarah di Balik Lahirnya Kompas

Nantinya, dirinya bakal memperoleh gelar PhD dana kan menjadi sejarawan atau dosen sejarah.

Ia juga diterima sebagai dosen di di Universitas Parahyangan (Unpar), Bandung, dan disiapkan rumah dinas bagi keluarganya serta Unpar pun telah menyiapkan rekomendasi PhD di Universitas Leuven, Belgia jika Jakob mengajar beberapa tahun di sana.

Jakob pun merasa bimbang apakah harus melanjutkan cita-citanya menjadi guru atau wartawan profesional.

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest