Sang ayah tak setuju dengan pilihan anaknya tersebut dan memaksanya untuk melanjutkan kuliah, sampai akhirnya Afiq diterima di Universitas Essex.
Di Inggris, Afiq bekerja sambilan sebagai "petugas kebersihan" di kampus untuk memperoleh uang tambahan.
"Hariku dimulai pukul 4 pagi. Lalu aku bersepeda ke kampus, dan mulai bekerja jam 5 pagi. Aku harus menggosok lantai, mengatur ulang kursi, membersihkan meja, dan kemudian membersihkan toilet," ujarnya.
Ia mengaku bahwa pekerjaannya ini lebih mudah daripada bekerja di kampus yang harus panas-panasan, dan melakukan pekerjaan berat. Dari pekerjaannya itu, ia memperoleh sekitar £100 per minggunya.
Dengan penghasilannya itu, ia akhirnya bisa membeli barang-barang yang selama ini ia inginkan. Ia bahkan nggak lupa menabung untuk membelikan tiket kedua orangtuanya supaya bisa datang saat wisuda. Tiket ke Inggris itu berharga sekitar Rp 34 juta.
“Ini adalah pertama kalinya mereka naik pesawat dan bepergian ke luar Malaysia, dan aku tahu itu akan sangat berarti bagi mereka untuk bisa datang di wisudaku. Aku tak akan akan berada di sini hari ini tanpa mereka,” tutupnya.