Follow Us

Yuk Kurangi Sampah Plastik dan Menuju Kehidupan Lestari Bareng National Geographic Indonesia

Annisa Putri Salsabila - Selasa, 18 Agustus 2020 | 18:56
Pemandangan anak-anak yang bermain ditengah tumpukan sampah
Rahmad Azhar Hutomo/National Geographic Indonesia

Pemandangan anak-anak yang bermain ditengah tumpukan sampah

HAI-Online.com- Coba bayangin deh pas kita lagi bawa kantong plastik yang isinya belanjaan dari minimarket. Sempet kepikiran nggak sih, berapa lama usia kerja kantong plastik yang kita bawa itu? atau mungkin cuman terlintas dan berlalu gitu aja dipikiran?

Kita coba lihat sebentar, gimana perjalanan umat manusia bareng plastik. Sekitar 150 tahun silam, manusia menciptakan plastik sebagai materi yang ringan, kuat, dan murah. Bahkan, terobosan ini ngebantuin jantung berdenyut dan pesawat melesat di udara.

Namun ada perkara yang mendesak dan perlu diwaspadai. Berdasarkan statistik dari Our World in Data, produksi tahunan plastik di dunia meningkat hampir 200 kali lipat sejak 1950. Pada 1950, diketahui dunia hanya memproduksi dua juta ton plastik per tahunnya. Namun sejak, saat itu, produksi meningkat drastis.

Baca Juga: Cara Singapura Olah Sampah Plastik Wajib Ditiru Indonesia, Langsung Hilang dalam Hitungan Jam

Sayangnya, dari banyaknya plastik, hanya sekitar 20% yang didaur ulang. Pada akhirnya, sekitar delapan juta ton berakhir di lautan setiap tahunnya.

Plastik, seperti yang kita tahu, bisa bertahan lama di Bumi hingga 60-70 tahun. Dan plastik yang dibuat pada masa awal pun, kemungkinan masih ada lho sampe sekarang.

Studi terbaru dari University of Leeds yang dipublikasikan pada jurnal Science, mengungkapkan, kalo sampe terjadi peningkatan konsumsi plastik atau nggak ada perubahan signifikan pada aksi daur ulang, maka diperkirakan Bumi akan memiliki 1.3 miliar ton sampah plastik pada 2040.

World Economic Forum (WEF) bahkan memprediksi bahwa pada 2050, jumlah plastik di lautan akan lebih banyak dibanding ikan.

Plastik yang ada di laut bisa berasal dari daratan maupun perairan. Polusi plastik dari perairan mengacu kepada sampah sisa-sisa alat penangkap ikan seperti jaring, tali, dan bangkai kapal.

Sementara yang dari daratan berasal dari kehidupan modern manusia, di mana plastik sering dipake sebagai 'barang sekali pakai' seperti botol, gelas, dan alat makan plastik, serta pembersih telinga.

Sampah-sampah ini udah pasti sangat berbahaya untuk hewan laut karena mereka bakal mengira kalo plastik sebagai makanannya dan akhirnya mengonsumsinya.

Penyu misalnya, mereka nggak bisa bedakan mana kantung plastik dengan ubur-ubur, sehingga kerap mengonsumsinya tanpa sengaja. Saat sampah plastik masuk ke pencernaan hewan laut, itu dapat menyebabkan penyumbatan dan akhirnya kematian.

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

Latest