HAI-Online.com -Libur sekolah di Jepang karena Corona telah memunculkan masalah baru. Pada Mei lalu, negeri sakura telah mengalami lonjakan kehamilan pada siswi SMP dan SMA selama masa libur panjang pandemi.
Ternyata dampak kenaikan kehamilan yang tidak direncanakan selama pandemi Covid-19 juga terjadi di mana-mana.
UNFPA menyebutkan bahwa pandemi diperkirakan akan menambah 7 juta Kehamilan Tidak Direncanakan (KTD) secara global, sedangkan BKKBN menyebutkan bahwa di Indonesia pun berpotensi terjadi hal serupa sebesar 420 ribu kehamilan baru yang tak direncanakan.
Baca Juga: Sekolah Diliburkan Karena Pandemi, Tingkat Kehamilan Siswi SMP dan SMA Meningkat di Negara Ini
Melihat hal ini, Basuki Dwi Harjanto, Head of Market Access & Programs DKT Indonesia mengungkapkan, bahwa hal tersebut tidak bisa dipungkiri lagi.
"Masih banyak masyarakat yang mengabaikan himbauan untuk menggunakan kontrasepsi pada masa pandemi, padahal kehamilan di masa pandemi punya berbagai macam tantangan kesehatan oleh sebab akses terhadap layanan kesehatan saat ini lebih banyak diprioritaskan untuk pasien Covid-19," ujarnya dalam rilis yang HAI terima (18/6).
Risiko lain,potensi peningkatan penularan HIV-AIDS, terutama di kalangan ibu rumah tangga dan anak remaja juga dimungkinkan karena keseringan berada di rumah.
"Belum lagi, Ibu hamil di masa pandemi banyak yang tidak mendapatkan screening triple elimininasi HIV, Sifilis, dan juga Hepatitis secara menyeluruh, sehingga hal tersebut berisiko untuk meningkatkan penularan kepada janin," tambahnya.
Data perkembangan situasi HIV-AIDS terkini di Indonesia, menyebutkan bahwa persentase kasus transmisi HIV pada bulan Januari hingga Maret 2020, 21,8 persen adalah Ibu hamil.
Sementara Ibu Rumah Tangga menjadi profesi ketiga pengidap AIDS tertinggi setelah karyawan dan wiraswasta. 70,4 persen risiko
penularan terbanyak melalui hubungan seksual berisiko.
Menurut jenis kelamin, 67 persen ODHA adalah
laki-laki dan 33 persennya perempuan.
Laki-laki mempunyai andil besar dalam upaya pencegahan terhadap ledakan kehamilan tidak direncanakan, penularan HIV-AIDS dari Ibu dan anak, serta pencegahan terhadap Covid-19. Untuk itu, DKT Indonesia dalam Webinar Lelaki Andalan, Peduli, Setara, dan Bertanggung-Jawab (17/6) lalu ingin mengkampanyekan 8 peran utama “Lelaki Andalan” dalam keluarga.
Sebagai suami, Lelaki Andalan punya 8 peran utama dalam hal perlindungan kesehatan keluarga, yaitu: Pertama, membantu mempertahankan dan meningkatkan kesehatan ibu hamil.
Kedua,merencanakan persalinan aman oleh tenaga medis. Ketiga, menghindari keterlambatan dalam mencari pertolongan medis. Keempat, membantu perawatan Ibu dan bayi setelah persalinan, Kelima, menjadi Ayah yang bertanggung-jawab.
Keenam, mencegah penularan Infeksi Menular Seksual, Ketujuh, menghindari kekerasan terhadap perempuan, serta bias gender. Kedelapan, turut berpartisipasi dalam program KB dengan menggunakan kontrasepsi.
Namun, kesadaran laki-laki untuk menggunakan kontrasepsi masih sangat kurang, terbukti dengan hanya 2,5 persen laki-laki yang menggunakan kondom dan 0,2 persen laki-laki melakukan vasektomi untuk program perencanaan keluarga mereka.
Bahkan, tak jarang banyak laki-laki yang melarang istrinya untuk berkontrasepsi.
Menurut Dr. Adi Sasongko, pakar HIV Indonesia menyebutkan bahwa hingga saat ini, stigma negatif kondom sebagai sebuah alat kontrasepsi masih menjadi salah satu hambatan terhadap peningkatan
penggunaan kondom di Indonesia.
Stigma tersebut diakibatkan karena kampanye kondom selalu dikaitkan dengan cara pencegahan penularan HIV-AIDS ke ruang publik, sehingga yang terpatri di masyarakat adalah kondom hanya sebagai “alat kenakalan laki-laki”.
Padahal penggunaan kondom diperlukan sebagai alat triple protections: Pencegahan terhadap Infeksi Menular Seksual & HIV-AIDS,pencegahan terhadap Kehamilan Tidak Direncanakan, serta pencegahan terhadap Covid-19.
Faktanya, kondom adalah alat kontrasepsi yang non hormonal, sangat efektif dan efisien, paling mudah didapat dengan harga terjangkau daripada alat kontrasepsi lainnya.
Mindset masyarakat juga perlu diluruskan soal keamanan, pasalnya kondom memiliki ketebalan antara 0.05 hingga 0.03 milimeter, sehingga tidak akan mempengaruhi kualitas bercinta pasangan apalagi sampai bocor.
Selain itu, kondom merupakan alat kontrasepsi yang paling minim risiko, dan tidak memiliki efek hormonal.
Lebih lanjut, penggunaan kondom juga membiasakan laki-laki untuk lebih bertanggung-jawab dan tidak egois. Karena selama ini, kesadaran penggunaan alat kontrasepsi titik-beratnya ada pada perempuan.
Untuk menyukseskan program Kondom sebagai triple protections, dibutuhkan partisipasi dan kesadaran kaum pria secara menyeluruh. Karena hingga saat ini, program tersebut masih terkendala beberapa hal, seperti: Masyarakat yang masih menganggap tabu pendidikan kesehatan seksual reproduksi; Serta stigma terhadap kondom yang selalu dianggap negatif dan tabu, serta mengubah kampanye Kondom sebagai salah satu alat Kesehatan keluarga di ruang publik.
DKT Indonesia melalui program pemasaran sosialnya, selalu melakukan inovasi terhadap berbagai produk kondom dari tahun ke tahun, Sutra misalnya sebagai kondom paling favorit masyarakat Indonesia saat ini memiliki varian Sutra Gerigi dan Sutra Plus, dengan fitur yang justru dapat membantu meningkatkan keharmonisan suami istri.
Selain itu, DKT Indonesia juga memiliki kondom Fiesta dan juga Supreme Premium Condoms yang diperuntukkan bagi masyarakat yang membutuhkan kualitas dalam bercinta.
“Dengan berpartisipasi menggunakan kondom, berarti kita turut menjadi lelaki Andalan yang peduli, setara, serta bertanggung-jawab kepada keluarga," ujar Basuki Dwi Harjanto lagi. (*)