Follow Us

Kisah Tragis, Remaja Cowok di Jepang Rela Kerja Prostistusi Demi Kebutuhan Ekonomi

Annisa Putri Salsabila - Kamis, 25 Juni 2020 | 11:15
Bisnis prostitusi di Jepang
intisari.grid.id

Bisnis prostitusi di Jepang

Menurut Thomas, rata-rata pekerja di sana adalah laki-laki berusia 18-24 tahun, sebagian besar adalag gay, tapi ada juga yang normal dan terjerumus ke dalamnya.

"Bagi mereka ini semua pekerjaan, mereka menceritakan secara terbuka dengan pacar tentang pekerjaan mereka," katanya.

Pekerja seks pria di tempat ini disebut dengan urisen, saat salah satunya diwawancarai oleh Thomas, sebagian mengatakan terjun ke dalam bisnis ini karena kesulitan biaya hidup.

Baca Juga: Kondisi Remaja Penjual Ginjal Rp 245 Juta Demi Beli iPhone Memprihatinkan

Shingo (28) manajer bar Das mengatakan dia punya 42 urisen, sebagian besar adalah anak cowok normal, tapi ada yang pura-pura heteroseksual demi memenuhi pekerjaannya.

Pada awalnya mereka nggak tahu soal pekerjaan spesifiknya, mereka cuman mengira bekerja sebagai pelayan bar. Tapi lama kelamaan mereka terjun ke industri bawah tanah ini karena tergiur uang yang lebih besar.

Baca Juga: Menu Baru McDonalds Indonesia Hadirkan 'Taste of Japan', Terinspirasi Negeri Sakura

Hirosi, seorang urisen mengatakan penghasilan mereka per hari rata-rata sekitar 10.000 Yen. Sementara urisen lain bernama Shota mengaku perbulan dia bisa mendapatkan penghasilan 150.00 Yen.

Sudut mengerikan dari pekerjaan ini adalah, mereka sedikit mengetahui tentang penyakit menular, terlalu muda, kurangnya pengalaman hidup, dan hanya memikirkan uang.

"Banyak anak muda di Jepang berusia dibawah 25 yang nggak tahu tentang penyakit HIV/AIDS," kata Thomas.

Sementara itu, profesi urisen masih ada sampe hari ini, berdasarkan celah hukum Jepang, karena UU Anti-Prostitusi di Jepang nggak merujuk pada perdagangan seks laki-laki.

Menurut para ahli, pemerintah Jepang juga nggak punya rencana untuk mengubah undang-undang ini. (*)

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya

Latest