HAI-Online.com - Melalui album debut 'A Song For Every Moon' pada 2017 lalu, penyanyi asal Inggris, Bruno Major, berhasil membuat gelombang pujian baru atasnya melalui 12 track yang bernuansa syahdu.
Dengan perpaduan lirik lembut dan menyentuh hati tersebut, kini musisi 30 tahun mendapatkan beberapa penggemar dari kalangan nama besar, salah satunya Finneas (produser yang juga kakak kandung Billie Eilish), yang mengulurkan tangan untuk berkolaborasi dalam sebuah lagu untuk album studio kedua yang punya judul 'To A Good Thing Die'.
Telah sukses dirilis ke para pendengar secara digital awal Juni kemarin, album ini masih menyimpan wajah kegetiran dalam nada maupun liriknya, yang menjadi formula yang sukses menyentuh sanubari pendengar dengan album debutnya.
Dan pada 13 Juni kemarin, HAI berkesempatan untuk ngobrol bareng musisi yang tengah naik daun ini lewat video call eksklusif.
Kami menanyakan serba-serbi dari album barunya dan gig terakhirnya sebelum terjebak di situasi rumah aja. Dan kebetulan, panggung tersebut adalah Java Jazz Festival 2020 yang dihelat Ferbuari lalu di Jakarta.
Langsung aja nih, sob. Berikut Q&A HAI dengan Bruno Major.
Q: Hai, Bruno! Kamu baru aja merilis album studio kedua 'To Let A Good Things Die'. Ceritain dong proses pengerajaannya dan proses yang paling membedakannya dari pembuatan album debut-mu.
A: Di pembuatan album pertama, saya semacam punya keinginan kuat untuk menghasilkan lagu tiap bulannya, dan merekam serta merilisnya per bulan. Dan itu sangat sulit karena saya jadi hanya punya waktu mepet untuk memproses masing-masing lagu. Jadi, ketika tiba saatnya untuk membuat 'To Let A Good Things Die', saya mau ngasih banyak waktu yang dibutuhkan dan memastikan semua yang saya lakukan telah sempurna. Dan album ini bisa dibilang menjadi karya pertama saya yang nggak ingin saya ubah sedikitpun.
Q: Apa gagasan yang hendak kamu sampaikan melalui judul 'To Let A Good Things Die' yang melankolis ini? Dan seberapa besar tema album ini mencerminkan mood dan pikiranmu saat ini?
A: Itu sesungguhnya punya dua arti bagi saya. Pertama adalah tentang hubungan yang sedang saya jalanin bersama kekasih di masa album ini dibuat. Ketika itu, betapa pun kita ingin hubungan ini berlangsung lama, namun kenyataan berkata lain dan kita harus terpisah antar jarak dan waktu. Dan itu menjadi pelajaran yang harus dipetik, bahwa terkadang segala sesuatu tetap terjadi bahkan ketika kamu nggak mengingikannya demikian, dan kamu harus menerimanya bagaimanapun juga. Dan itu adalah hal yang nyata dalam hidup. Namun, bagaimana pun hidup tetap indah dalam segala ketidakpastiannya.