HAI-ONLINE.COM- Untuk mengatasi masalah kekurangan daging babi di China, para peneliti berusaha keras untuk menghasilkan babi yang kebal penyakit.
Karena pada setengah tahun yang lalu, kawanan babi China menjadi korba demam babi yang menewaskan 60% populasi babi, melansir dari South China Morning Post.
Seorang peternak babi di wilayah Guangxi mengatakan pada bloomberg kalau mereka ingin membesarkan babi sebesar mungkin.
Harga daging tinggi juga telah mendorong peternak untuk memelihara babi sebesar 175 sampai 200 kilogram.
Tapi sayangnya para pengamat kini mengatakan kalau usaha China membiakan babi super yang lebih berat dari beruang kutub itu terancam gagal.
Karena negara itu perlu fokus pada bio-security daripada pengembangan super-babi, atau industri akan gagal.
Baca Juga: Cegah Virus Corona, Freddy Krueger Anjurkan Pake Sarung Tangan
Ini termasuk memperbaiki transportasi babi dalam kondisi nggak higenis, serta mendisinfektan peternakan.
Para peneliti skeptis tentang China yang hidup dengan flu babi karena nggak punya vaksin, terlebih lagi mereka memilih babi super daripada mengambil langkah-langkah pencegahan dan menigkatkan kebersihan.
EW Johnson dari Enable AgTech Consulting di Beijing menyindir kalau mereka -para peternak lebih suka hidup dengan ASF daripada membuangnya.
"Babi-babi dengan ASF dijual untuk disembelih setiap hari, dan truk-truk kotor pergi ke mana-mana, menyebarkan penyakit seperti halnya ketika wabah ASF dimulai" ucap Johnson.
"Tampaknya mereka lebih suka hidup dengan ASF daripada membuangnya" lanjutnya.