Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Teringat Dosa-dosa Negara, Eka Kurniawan Tolak Anugerah Kebudayaan dari Pemerintah

Bayu Galih Permana - Kamis, 10 Oktober 2019 | 13:01
Eka Kurniawan (tengah) pada ajang Indonesia International Book Fair (IIBF) 2018.
Dok. Gramedia Digital Nusantara via Kompas.com

Eka Kurniawan (tengah) pada ajang Indonesia International Book Fair (IIBF) 2018.

HAI-Online.com -Penulis bukuPerempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi, Eka Kurniawan baru-baru ini berbagi cerita mengenai keputusannya menolak Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi 2019 yang diberikan pemerintah.

Melalui tulisan yang dibagikan di akun Facebook miliknya pada Rabu (9/10) kemarin, Eka bercerita dihubungi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sekitar 2 bulan lalu, yang menginformasikan bahwa dia menjadi calon penerima anugerah untuk kategori Pencipta, Pelopor, dan Pembaru.

Mendapat informasi tersebut, dia pun kemudian bertanya kepada staf Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan itu terkait apresiasi apa yang bakal diberikan pemerintah kepadanya dalam Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi 2019.

Hanya mendapat hadiah berupa pin dan juga uang tunai sebesar Rp 50 juta dipotong pajak, Eka otomatis langsung membandingkannya dengan apresiasi pemerintah terhadap peraih medali di ajang Asian Games 2018.

Baca Juga: BPJS Disomasi karena Dianggap Singgung Penderita Gangguan Jiwa Lewat Foto Joker

"Jujur, itu terasa mengganggu sekali. Kontras semacam itu seperti menampar saya dan membuat saya bertanya-tanya, Negara ini sebetulnya peduli dengan kesusastraan dan kebudayaan secara umum tidak, sih?" tulis penulis berusia 43 tahun tersebut.

Sempat terpikir hadir dalam acara yang diadakan pada hari ini (10/10) tersebut, Eka akhirnya berubah pikiran setelah dalam beberapa hari terakhir mencoba untuk mengingat dan mencatat dosa-dosa negara kepada kebudayaan.

"Toko buku kecil digeruduk dan buku-buku dirampas aparat. Akhir-akhir ini, industri perbukuan, terutama penerbit-penerbit kecil dan para penulis, menjerit dalam ketidakberdayaan menghadapi pembajakan buku," tulisnya menambahkan, sambil memberi detail masing-masing kasus.

Berkaca dari dual hal tersebut, Eka pun tersadar bahwa negara nggak memiliki komitmen untuk melindungi para seniman dan penulis atas hak mereka yang paling dasar, di mana dia kemudian memutuskan untuk menolak Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi 2019.

"Saya tak ingin menerima anugerah tersebut, dan menjadi semacam anggukan kepala untuk kebijakan-kebijakan Negara yang sangat tidak mengapresiasi kerja-kerja kebudayaan, bahkan cenderung represif," tutup Eka.

Source :Facebook

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x