Follow Us

Pentingnya Peran Sekolah untuk Mencegah Kerusuhan Demo Pelajar Kembali Terulang

Bayu Galih Permana - Sabtu, 28 September 2019 | 15:00
Aksi pelajar di Senayan bareng mahasiswa, Selasa (24/9).
Dewi/HAI

Aksi pelajar di Senayan bareng mahasiswa, Selasa (24/9).

HAI-Online.com - Pada Rabu (25/9) lalu, gabungan pelajar dari SMA, SMK, maupun STM turun ke jalan untuk ikut berunjuk rasa, menyampaikan aspirasi mereka di sekitar Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta.

Namun sayang, aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh pelajar dari kawasan Jabodetabek tersebut malah berakhir dengan kerusuhan, bahkan di beberapa titik lokasi mereka terlibat pembakaran motor, mobil, hingga pos polisi.

Menanggapi aksi tersebut, Kepala Sekolah SMA Kolese De Britto Yogyakarta , Ag. Prih Adiartanto S.Pd. M.Ed. mengatakan bahwa sekolah memiliki peranan vital untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali.

Dalam sesi wawancara dengan HAI melalui pesan singkat pada Sabtu (28/9) siang, sekolah harus memberi pendampingan dan mengajak para siswa berpikir sebelum melakukan tindakan, apalagi mereka masih dalam masa transisi dari remaja menuju dewasa.

Baca Juga: Hendak Beri Bantuan Hukum Bagi Mahasiswa dan Pelajar yang Ditangkap, LBH dan KontraS Terhalang Sikap Polisi

"Anak SMA itu masih ada dalam kategori anak-anak remaja menuju dewasa. Di sinilah peran guru atau sekolah. Menurut saya, orang-orang dewasa di sekolah (guru dan staff) perlu mendampingi para siswa terutama cara berpikir, mengajak berpikir panjang," ujar Prih.

Mengingat banyak anak muda yang sekarang mulai tertarik dengan isu-isu pemerintahan, Prih menilai cara paling tepat bagi pelajar untuk menyampaikan aspirasi adalah dengan melakukan diskusi terkait kegelisahan mereka.

Namun hal tersebut dinilai Prih masih terlalu jauh karena pihak sekolah lebih baik mengajarkan mereka untuk memikirkan konsekuensi dari tindakan mereka, dan menjadikan ajakan-ajakan untuk menggelar aksi sebagai pembelajaran sikap.

"Ada banyak cara misalnya mengajak anak berdiskusi tentang hal yang dipersoalkan dalam aksi, tapi ini terlalu jauh. Di De Britto, anak selalu memikirkan konsekuensi dan dampak. Informasi- informasi soal aksi justru dipakai sebagai pembelajaran ke siswa," terang Prih menambahkan.

Sebelumnya, siswa SMA Kolese De Britto ramai menjadi bahan perbincangan media sosial setelah video sikap mereka menolak ajakan untuk turun ke jalan beredar luas di dunia maya.

Dalam video tersebut, para siswa menyampaikan sikap untuk nggak menjadi pengikut pelajar-pelajar lain yang turun ke jalan, dan menolak mengikuti ajakan aksi pelajar di kawasan Tugu hingga 0 KM pada 30 September mendatang. (*)

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

Latest