HAI-online.com - Di Indonesia, tempe memang sudah jadi makanan biasa yang lazim ditemui dan dikonsumsi masyarakat sehari-hari. Namun di kawasan Eropa Utara, tempe masih merupakan hal yang asing. Kalaupun ada, harganya bisa cukup mahal.
Berangkat dari tantangan harga dan pasokan itulah, empat mahasiswa Indonesia menawarkan ide bisnis tempe di Swedia. Cynthia Andriani, Ellen Putri Edita, Izzan Fathurrahman, dan Giovania Kartika asal Universitas Lund itu menggagas bisnis berjuluk “Super Tempe”.
Tujuannya ialah memperkenalkan tempe khas Indonesia, sebab sebagian besar masyarakat di Swedia belum familiar. Padahal, tempe berpotensi menjadi kudapan alternatif yang sehat.
“Apalagi tempe ini sangat sesuai dengan tren sustainability, climate change, dan vegan lifestyle orang Swedia,” ujar Cynthia yang menempuh studi master di bidang Food Technology and Nutrition.
Baca Juga : Salut! Cewek Ini Borong Sepatu Satu Toko untuk Disumbangkan ke Korban Banjir
Nggak cuma berbekal ide, mereka menjajal sendiri bagaimana membikin tempe yang pas dengan selera orang Swedia. Pasalnya, Swedia adalah negara dengan empat musim yang suhunya bisa berada di bawah nol derajat saat musim dingin.
“Sebelum ikut kompetisi ide bisnis, saya sering membuat tempe sendiri di housing,” imbuh Ellen yang menekuni Environmental Studies and Sustainability Science. Berkali-kali pula, kata Ellen, dia menemui kegagalan saat pembuatan tempe.
Perjuangan keempatnya mulai menemui titik cerah saat dinyatakan menjadi pemenang dalam Lund Innovation Boot Camp pada September 2018 silam.
Sebagai juara ketiga, mereka berhak mendapat kesempatan bertemu dengan ratusan investor dan pemangku kepentingan Swedia di ajang Sweden Demo Day di kota Stockholm, Kamis (4/4/2019).
Baca Juga : Penampakan 'Rush Hour' di 4 Negara Dunia, Nggak Kalah Padat Sama Indonesia!
Sweden Demo Day adalah ajang temu para startup, investor, dan korporasi di bidang digital. Lebih dari 3000 pengusaha, investor, media, dan pemangku kepentingan lainnya berkumpul selama satu hari penuh.