Hai-online.com - Siapa sih yang nggak tau PUBG, Mobile Legends, atau Counter Strike. Walau nggak pernah memainkannya, pasti banyak anak muda yang sudah mengetahuinya.
Nah, games tersebut sekarang ini bukan sekadar permainan pengisi waktu luang, lho. Sudah ada kompetisinya, bahkan tingkat dunia. Kalau udah jadi kompetisi itu, sebuah games bisa jadi e-sport
E-sport itu sendiri adalah sebuah ajang olahraga yang menggunakan game sebagai bidang kompetitif utamanya dan di mainkan oleh pemain atau atlet profesional yang berkompeten dalam hal tersebut. Nah, lo tau nggak kalo e-sport yang saat ini sedang booming sebenarnya sudah menjadi trenpada tahun 1970-an ?.
Pada mulanya, e-sport mulai dikenalkan kepada publik pada tahun 1972. Pada saat itu, komunitas mahasiswa Stamford University membuka ajang perlombaan yang diberi nama “Intergalactic Spacewar Olympic” dengan permainan yang di lombakan bernama “Space War”.
Ajang perlombaan tersebut berhadiahkan satu tahun berlangganan majalah “Rolling Stone” yang pada waktu itu menajadi trend publik. Pada tahun 1997, muncul game FPS (Frist Person Shooter) pertama bernama First Person Shooter”Quake”.
First Person Shooter”Quake” menjadi game yang diperlombakan pada turnamen Annihilation yang berhadiahkan sebuah mobil Ferarri milik pengembang utama “Quake” John Carnack. Pada tahun 1980, sebuah perusahaan game Atari menggelar kompetisi bernama “Space Invender”. nggak tanggung-tanggung, peserta yang mengikuti ajang perlombaan tersebut berjumlah hampir 10.000 orang. Sampai-sampai, majalah ternama Amerika Serikat “Life and Time” menyoroti kejadian fenomenal tersebut.
Baca Juga : Mengenal Minsitthar, Mimpi Buruk Bagi Hero Mage di Mobile Legends
Lalu pada tahun 1981, Walter Day membuat permainan bernama “Twin Galaxy” yang mencetak skor tertinggi di antara game lainnya dan berafiliasi dengan The Guiness Book of World Records. Internet pada dasarnya baru dapat di akses secara merata dalam kalangan masyarakat pada tahun 1990-an namun pada tahun 1988, tercatat ada sebuah game bernama “Netrek” yang disebut-sebut sebagai ‘the first internet team game’.
Era 2000-an, bisa disebut sebagai ‘gila-gilanya’ tren online game. Terbukti dengan mulai bermunculannya games fenomenal seperti Audition, Counter Strike, Point Blank, Dota, PUBG (Player Unknown Battle Ground), Mobile Legend, dan game lainnya.
Bermunculannya media penunjang seperti YouTube, Twitch, Nimo TV, dan media penunjang lainnya, memungkinkan untuk mempercepat perkembangan dan pemerataan dari Game. Seiring berjalannya waktu, turnamen game sedikit demi sedikit mulai bermunculan salah satunya yaitu turnamen game Dota2 yang bernama The International.
The International merupakan main event yang ditunggu-tunggu hampir seluruh pemain Dota2 di berbagai penjuru dunia. Turnamen ini pertama kali muncul pada tahun 2011 dengan nama ‘The International 1’ (TI1) dan berlanjut sampai saat ini, ‘The International 8’ (2018). Turnamen ini menyediakan prize pool yang besar. Prize pool terbesar terdapat pada TI8 yaitu $20.773.957 atau senilai Rp 160 miliar rupiah. Sampai saat ini, hampir nggak ada prize pool yang dapat melebihi TI8.
Baru-baru ini di Asia, perbincangan tentang e-sport bisa dikatakan sedang hangat-hangatnya. Terlihat dengan dimasukannya cabang eksibisi e-sport dalam ajang bergengsi 4 tahunan yaitu pada Asian Games. Meskipun belum sepenuhnya dijadikan main sport, namun tanggapan mengenai ditambahkannya e-sport dalam ajang Asian Games mendapatkan respon yang positif, baik di kalangan peserta maupun masyarakat. Nggak cuma itu, ditambahkannya e-sport dalam ajang Asian Games sempat menjadi sorotan dunia. Sampai-sampai, terdapat rumor yang mengatakan bahwa e-sport akan diusung dalam Olympics (2024) di Paris.