1. Pilih teman yang udah deket
Nah, situasi semacam ini berpotensi mengubah hubungan persahabatan ke posisi yang canggung dan bukan nggak mungkin malah berakhir dengan rusaknya hubungan pertemanan.
So, pilih teman olahraga yang bisa enak diajak berkompetisi sehat meskipun jangkauannya itu di luarcirclekamu.
Kalo ternyata ada salah satu sahabat dekat kamu mau ikutan olahraga dan mempengaruhi lifestyle-nya, itu juga baik tetapi jangan mengandalkannya sebagai partner olahraga, paham ya sampai sini hehehe.
2. Duh, Cerewet
Kita mungkin berpikir seseorang yang terus-menerus menyemangati kita bakal membantu meningkatkan performa olahraga kita.Namun, dukungan yang kita butuhkan sebetulnya bukanlah sesuatu yang berlebihan.
Sebuah penelitian dari Michigan State University mengamati beberapa orang yang melakukan gerakanplankdan partnernya meneriakkan frasa umum, seperti "ayo dorong terus! Lo kuat, kagak lemah".
Hasilnya, mereka yang melakukanplankdengan dukungan temannya malah tidak bisa menahan posisinya lebih lama dari partisipan yang melakukanplanktanpa dorongan temannya sama sekali.
Meskipun teman kita memang berusaha membantu dengan menyemangati, namun mudah untuk menafsirkan teriakan tersebut sebagai hal yang menggurui atau merendahkan, terutama ketika kita yang berkeringat. Cobain deh, pasti, gondok!
Baca Juga: Satu Gerakan Olahraga Ini Bisa Bakar Lemak Lebih Cepat dan Efektif!
3. Beda target beda tujuan
Ketika memilih partner olahraga, kita nggak sekadar mencari teman tetapi mencari seseorang dengan target yang kalo bisa sama dengan kita.Artinya, kita juga perlu tahu apa yang ingin kita capai dari berolahraga.
Kalo target kita menurunkan berat badan, misalnya, kita mungkin perlu menghabiskan lebih banyak waktu untuk melakukan olahraga kardio. Maka carilah partnerdengan frekuensi yang sama.
Jika target kita adalah melakukan lebih banyak kardio dan partner kita mau membentuk tubuh dengan lebih banyak latihan beban, maka dia mungkin akan lebih banyak menghabiskan waktunya di sana.
Perbedaan target ini memang tidak berbahaya, tapi kita bakal mencapai target lebih cepat jika partner kita juga "berlari" di jalur yang sama, bukan.
Baca Juga: Artis TikTok jxdn Segera Punya Album, Travis Barker Jadi Produsernya
4. Pilih partner yang so-so
Waduh faktanya, kita yang mungkin berpartner dengan seseorang yang punya tujuan sama ternyata memilih juga nih teman yang kemampuan olahraganya pun sama.Mikirnya biar kedua belah pihak nggak ngoyo dan bisa sama-sama mencapai tujuan dengan aman.
Keliru, mencari partner olahraga sebaiknya idiabyang punya kemampuan lebih di satu sisi ada tingkat persaingan yang terbangun dan bisa memicu diri kita untuk lebih semangat dan mendobrak batas diri.
Sementara untuk partner kita, mereka akan punya seseorang yang termotivasi untuk bekerja keras demi mencapai tingkat kemampuan seperti mereka. Pada akhirnya, mereka juga akan lebih semangat berolahraga.
Lebih baik lagi jika kita bisa menemukan partner yang bisa mengisi peran seperti mentor.
Baca Juga: Batal SixPack Meski Rajin Olahraga, Ini 5 Kebiasan yang Bikin Perut Kita Tetap Buncit
5. Punya jadwal yang beda
Pace boleh sama, ngobrol.di gym udah nyaman tapi partner kita tak bisa berolahragabersama di jadwal yany sama, maka tidak ada gunanya menjadikannya sebagai partner olahraga.Itulah mengapa penting untuk mencari partner olahraga yang punya jadwal sama dengan kita.
Misalnya, kita sulit bangun pagi sehingga lebih suka olahraga di malam hari, maka carilah partner yang juga suka dengan pola olahraga di malam hari.
Kalo belom nemu orang yang cocok secara jadwal dan sikap, kamu bisa tetap olahraga sendiri dan atay sebagai alternatif ajak hewan peliharaan untuk berolahraga bersama. Siapa tahu sambil jalan nanti ketemu juga partner yang tepat, atau seperti Anya Gerladine pasang pengumuman "mencari" teman olahraga. Luangkan waktu untuk menyeleksinya. (*)