HAI-online.com - Black box atau kotak hitam selalu menjadi pembicaraan utama dan komponen penting dari pesawat terbang yang paling dicari ketika terjadi kecelakaan.
Kotak hitam diciptakan pertama kali oleh Dr David Warren dari Australia tahun 1956, dan awalnya diberi nama ARL Flight Memory Unit.
Kotak hitam sejatinya bukan lah berwarna hitam seperti namanya, tapi berwarna oranye cerah yang bertujuan untuk memudahkannya agar dapat ditemukan.
Warren memulainya dengan membuat piranti perekam percakapan di kokpit antara pilot, kopilot dan orang-orang di dalam kokpit, karena logikanya merekalah yang akan menjadi saksi utama atau orang yang paling dianggap paling tahu apabila kecelakaan terjadi.
Meski awalnya alat ini dipandang sebelah mata, tapi kotak hitam telah menjadi perangkat utama untuk pesawat, khususnya bagi pesawat sipil.
Baca Juga : Pesawat Baru Lion Air JT610 Dianalisa Pakar Penerbangan, Errornya di Tabung Pitot!
Dari yang semula hanya terdiri dari satu perangkat, yakni ARL, kini telah menjadi dua perangkat yang terpisah, yaitu perekam data penerbangan (Flight Data Recorder/FDR) dan perekam suara di kokpit (Cockpit Voice Recorder/CVR). Keduanya diletakkan dibagian belakang atau ekor pesawat.
Dibanding prototipe awal, kotak hitam masa kini juga sudah jauh lebih maju yang telah dirancang sedemikian rupa agar bisa bertahan dari suhu panas, tekanan air laut dalam, dan berbagai faktor yang mungkin merusaknya.
Pada dasarnya, kotak hitam ini diciptakan untuk agar dapat bertahan dalam kondisi kecelakaan yang paling buruk karena fungsinya yang sangat penting dan harus dilindungi secara maksimal.
Kotak hitam juga dilengkapi peralatan suar bawah air (Underwater Locator Beacon/ULB). Komponen tambahan ini sangat penting untuk pencarian pesawat yang mengalami kecelakaan di laut.
Namun untuk menemukan lokasi perangkat ini bisa memakan waktu yang cukup lama. Waktunya pun terbatas, yaitu sekitar 30 hari sebelum baterai habis dan kotak hitam akan berhenti memberikan "ping". (*)