Follow Us

Review Album Proper Dose: Usaha The Story So Far untuk Membuat Pop Punk Tetap Menyenangkan

Hai Online - Selasa, 23 Oktober 2018 | 12:36
Cover album Proper Dose dari The Story So Far
Pure Noise

Cover album Proper Dose dari The Story So Far

Mereka menyempurnakan sound yang mereka kembangkan sepanjang mereka bermain band dan mengubahnya menjadi sesuatu yang lebih agung, sesuatu yang lebih enak dan terkumpul. Track berjudul ‘Proper Dose’ yang menonjolkan beat seperti memompa adrenalin sangat kontras dengan beberapa track yang tersaji di album self titled mereka seperti ‘Heavy Gloom’, ‘Solo’, maupun ‘Mock’.

Lanjut ke departemen lirik untuk album ini yang ditulis sendiri oleh Parker Cannon, ia bisa menggambarkan kehidupan personal terhadap fase masa lalunya yang begitu kompleks.

Seperti perasaan kesal kepada mantannya, kemarahannya terhadap sekitarnya, sampai ketergantungan dengan obat-obatan terlarang.

Dilansir dari Kerrang saat beberapa waktu lalu ketika peluncuran album ini Parker berkata, “ I was doing my best to disassociate and disconnect from everything...I didn’t want to be pigeonholed as Mr Pop-punk. I didn’t like that at all. I didn’t listen to it, even though I was playing it. That [image] was something I didn’t want yet everywhere I went I was that. So I thought, ‘Maybe if I close off, maybe if I just disappear, I can be someone, not necessarily better, but someone new.”.

Hal tersebut menggambarkan begitu ‘intim’ lirik yang terdapat di album ‘Proper Dose’ dibandingkan lirik di album ‘Self-Titled’ yang bertemakan enerjik atau bisa bikin orang semangat ketika meresapi lirik di album tersebut.

Album ini tak lepas dari campur tangan produser musik Eric Valentine (Third Eye Blind, Queens Of The Stone Age, dll). Proper Dose menjadi album menarik dengan secara efektif menyatukan masa lalu band dengan masa mereka sekarang.

Suara Parker tetap anthemic, tetapi jangkauannya telah berkembang seiring dengan perjalanan dari waktu ke waktu.

Geyer dan gitaris Will Levy menyusun bagian-bagian yang bernuansa kalem dan menggugah, memungkinkan bagian ritme Torf dan bassist Kelen Capener untuk mengembara lebih dari sebelumnya.

Dengan menggunakan serangkaian titik referensi yang beragam, lagu-lagu tersebut mengeksplorasi arah baru, baik itu "Upside Down" yang begitu membuat Cannon sedikit terlihat seperti Liam Gallagher-nya Oasis, atau "Line" yang ada unsur elektroniknya.

Namun sayangnya di album ini terlepas mengatas namakan ‘explore sound’ memiliki arti baik bagi suatu musik di band itu sendiri, justru saya melihat TSSF di album ini nampak lebih ‘pelan’ dari album ‘self-titled’ mereka.

Teriakan Cannon yang begitu khas ala ‘Nerve’ track anthem di album sebelumnya self-titled, ia kurangi di album ini, kemudian distorsi, maupun dentuman drum khas pop-punk cenderung lebih turun dari album sebelumnya yang membuat saya sedikit mengerutkan dahi untuk album ini.

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest