HAI-ONLINE.COM - Semua orang yang tidur bermimpi, meskipun nggak semua orang bisa mengingat mimpinya. Kalimat ini ternyata juga berlaku bagi orang-orang yang buta sejak lahir, walaupun cara mereka bermimpi tentu berbeda dengan orang-orang yang memiliki kemampuan untuk melihat. Pada tahun 2014, sebuah penelitian menarik dipublikasikan oleh para ilmuwan Denmark dalam jurnal Sleep Medicine. Dalam penelitian tersebut, mereka merekrut 50 orang dewasa untuk jadi partisipan: 11 di antaranya telah buta sejak lahir, 14 telah buta di atas usia satu tahun, sedangkan 25 sisanya yang nggak buta jadi partisipan kontrol. Para peneliti meminta mereka untuk mengisi sebuah kuesioner komputer yang mengeksplorasi berbagai aspek dari bermimpi, termasuk pengalaman indera, emosi yang dialami ketika bermimpi, dan temanya setiap kali mereka bangun setelah bermimpi.Hasilnya, seperti dilansir dari National Geographic 26 Februari 2016, semua partisipan kontrol melaporkan adanya impresi visual dalam mimpi. Akan tetapi, partisipan yang telah buta sejak lahir nggak mengalami impresi visual dalam mimpi. Sementara itu, bagi kelompok yang mengalami kebutaan di atas usia satu tahun, ditemukan bahwa semakin lama mereka nggak bisa melihat, semakin sedikit yang mereka lihat dalam mimpi. Namun, bukan berarti mimpi orang yang buta lebih membosankan daripada orang normal. Dalam mimpi, mereka lebih sering mengecap (18 persen pada partisipan yang buta dibanding 7 persen pada partisipan kontrol) dan lebih sering mencium (30 persen dibanding 15 persen).
Baca Juga : Kalau Besok Siang Ke Monas, Kamu Bakal Lihat Bayangannya HilangSelain itu, partisipan yang buta merasakan sensasi sentuhan (70 persen dibanding 45 persen) dan mendengar dalam mimpi (86 persen dibanding 64 persen). Ketika para peneliti hanya membandingkan mereka yang buta sejak lahir dengan partisipan kontrol, perbedaan ini jadi semakin kentara. 26 persen dari partisipan yang buta sejak lahir mengecap, 40 persen mencium, 67 persen menyentuh, dan 93 persen mendengar senggaknya dalam satu mimpi.Untuk efek emosional dan tema dari mimpi, para peneliti menemukan nggak perbedaan antara partisipan yang buta dan yang kontrol. Akan tetapi, partisipan yang buta lebih sering mimpi buruk dibandingkan partisipan kontrol. 25 persen dari partisipan yang buta sejak lahir, 7 persen dari partisipan yang buta setelah usia satu tahun, dan enam persen dari partisipan kontrol melaporkan mimpi buruk. Menurut para peneliti, perbedaan ini mungkin ada hubungannya dengan teori evolusioner mengapa kita bermimpi, yaitu bahwa mimpi merupakan simulasi ancaman agar manusia bisa beradaptasi terhadap kehidupan. Itulah mungkin yang jadi alasan mengapa mimpi-mimpi buruk partisipan yang buta sejak lahir biasanya bertema tersesat, tertabrak mobil, jatuh ke lubang di jalanan, dan kehilangan anjing penuntun mereka. Semua tema-tema ini merupakan ancaman nyata dalam kehidupan sehari-hari mereka.Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bagaimanakah Cara Orang Buta Bermimpi? Penelitian Mengungkapnya"